Sudah seminggu berjalan. Keadaan Clara lebih baik. Selama seminggu itu, Karl tidak pernah menunjukkan wajahnya di hadapan Clara. Hanya Ian, Amanda, Justice, Brad dan Samantha yang bergantian melihatnya. Perihal kejadian Karl yang memaksa Clara selain Sophia dan semua pelayannya, semua anggota keluarga sudah tahu dan Karl akan menjalani persidangan keluarga tertutup setelah Clara benar-benar pulih.
Keluarga Brightman punya sistem dan hukum sendiri. Jika salah satu anggota keluarga melakukan kesalahan, dia tidak hanya menghadapi pengadilan masyarakat dan negara, tetapi juga menerima hukuman dari keluarga.
"Bagaimana keadaanmu hari ini?" tanya Amanda suatu pagi setelah ia melihat Clara bermain dengan Bando di halaman rumah.
"Ibu," ujar Clara sambil mengembangkan senyum.
"Ayo duduk denganku di Gazebo," ujar Amanda menyodorkan tangannya. Mereka berpegangan tangan dan berjalan menuju gazebo dan Bando mengikuti mereka dari belakang.
"Bagaimana keadaanmu?" tanya Amanda sekali lagi.
"Aku lebih baik," jawab Clara.
"Kau memang terlihat lebih segar, apalagi sekarang kau potong rambutmu. Aku menyukainya," ujar Amanda dan menyisip teh hangatnya.
"Terima kasih, Bu!" jawab Clara. Clara memotong rambutnya pendek dan ia kini terlihat lebih manis dan mungil pula.
"Bagaimana kabar Samantha?" tanya Clara.
"Samantha?" Amanda mengernyitkan alisnya.
"Bukankah program kehamilannya berhasil. Bagaimana kabar kehamilannya?" tanya Clara.
Amanda agak tersentak. Sebenarnya ia tak ingin membicarakan masalah itu, khususnya kepada Clara yang baru saja kehilangan bayinya.
"Kurasa semuanya baik. Untuk sementara ia ingin tinggal bersama dengan orang tuanya karena lebih dekat dengan tempat konsultasinya," ujar Amanda tidak mau memperpanjang dan menjelaskan lebih detail. Bagaimana pun ia sangat menghargai perasaan Clara.
"Iya, itu bagus!" ucap Clara sambil menganggukkan kepalanya.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Amanda menatap Clara.
Clara terdiam.
"Aku tidak tahu harus bekata apa. Perbuatan Karl tidak bisa dimaafkan," ujar Amanda.
"Eh?" Clara mengangkat kedua alisnya.
"Kenapa?" tanya Amanda.
"Kami tahu Karl memaksamu sampai-sampai kau hamil anaknya," lanjut Amanda.
Clara belum sempat merespons, Amanda membuka lagi mulutnya.
"Kami akan mengadakan sidang keluarga dan kau akan bersaksi atas apa yang Karl lakukan padamu. Katakan saja semuanya dengan jujur. Ia harus mendapatkan hukuman. Hukum di keluarga kami tidak mengenal relasi. Kami akan menegakkannya dengan benar dan adil. Sementara ini, kami sudah memintanya untuk pindah ke mansion utara. Ia diasingkan di sana dan tidak boleh berkomunikasi dengan siapa pun kecuali melakukan pekerjaannya di kantor. Jadi, kau aman bersama kami." Amanda menjelaskan.
"Ibu, bagaimana dengan Sophia?" tanya Clara.
"Ada apa dengan dia?" tanya Amanda terlihat heran.
Clara terdiam sejenak. Ia sebenarnya ingin mengatakan yang sebenarnya tentang sikap dan perlakuan Sophia kepadanya, bahwa Sophia lah yang menyebabkan ia kehilangan anaknya dan bahkan setelah kejadian itu, ia sekeras mungkin menghindari interaksi dengan Sophia dan lebih memilih diam tak banyak bicara jika memang terpaksa harus berkomunikasi.
"Bukankah ia sedih karena Karl jauh darinya?" Clara tidak mengutarakan yang sebenarnya. Ada sesuatu yang menghentikannya untuk berbicara yang sebenarnya tentang Sophia.
"Oh, itu. Ia juga harus bisa menerima itu dan jika aku jadi dia, aku tak akan mau bersama dengan lelaki seperti Karl. Bukankah kau juga tidak?" tanya Amanda menatap Clara.
"Ibu, Karl anakmu. Kenapa berkata seperti itu?" ucap Clara.
Dia masih berpikir tentang apakah dia harus menjelaskan alasan Karl melakukan itu kepadanya. Dia marah besar tentang pemaksaan itu tapi setelah kejadian itu dalam proses penyembuhan, ia memang mendengar bahwa reputasi Karl tidak sebaik dulu setelah ia menikahinya. Klien yang diberikan bosnya hanya klien biasa yang sebenarnya bisa ditangani oleh pengacara newbie. Banyak cemoohan yang dilayangkan kepadanya karena ia mau menikahi sampah seperti dirinya. Harga dirinya terkoyak dan ia masih diam dan menahan semuanya sampai ciumannya dengan Tanner memicu kemarahan dirinya.
"Karl memang anakku, tapi aku tak mengajarinya melakukan hal sekotor itu, khususnya kepada perempuan dan terlebih istrinya," ujar Amanda datar. Ia menatap Clara dengan tenang.
Clara tak merespons. Dia tenggelam dalam lamunannya.
Setelah berbicara dengan Amanda, dia bermaksud untuk istirahat sebentar, tapi ia bertemu dengan Ian di perjalanan menuju kamarnya dan berbicara sebentar.
"Kau baik-baik saja?" tanya Ian dengan wajah yang khawatir.
Clara menganggukkan kepalanya.
"Aku tak menyangka Karl melakukan itu kepadamu. Aku minta maaf. Bagaimana pun perbuatannya tidak bisa dimaafkan. Akan ada sidang keluarga. Kau harus bilang yang sebenarnya di sana. Karl mungkin tidak akan mendapatkan warisan apa-apa dari ayah dan ia mungkin akan dikeluarkan dari posisi pengacaranya. Ia harus mulai dari awal. Tapi, itu salahnya sendiri. Dia yang memilih jalan itu." Ian menjelaskan.
Clara tersentak kaget.
"Ia benar-benar akan sendirian?" tanya Clara.
Ian menganggukkan kepalanya.
"Kau mungkin akan menerima surat cerai darinya." Ian berkata lagi.
"Oh!" Clara tampak kaget.
Mereka diam sejenak.
"Ian, aku lelah. Aku akan istirahat sebentar." Clara pamit. Wajahnya terlihat gelisah.
"Iya, tentu saja. Kau istirahatlah. Cepat sembuh ya! Aku merindukan perbincangan kita," ujar Ian sambil tersenyum. Clara hanya menganggukkan kepalanya. Ia berlalu dan memasuki kamar.
Clara membaringkan tubuhnya di atas kasur. Matanya berfokus pada langit-langit kamar. Ia memutar otak. Jika Karl benar-benar menceraikannya, ia tidak akan punya kesempatan menyelamatkan adik dan ibunya dan rencana di masa depannya akan hancur.
Itu tidak boleh terjadi. Karl tidak boleh menceraikannya. Ada beberapa langkah lagi, Waktunya belum tepat baginya dan Karl untuk berpisah. Hanya enam bulan lagi, jika disertasinya sudah selesai dan semua proses izin tinggal di luar negaranya selesai, maka semuanya akan selesai juga.
"Tidak, ini tidak boleh terjadi," ujar Clara.