YANG BULAN SAKSIKAN

Raden Maesaroh
Chapter #23

Bab 23 Melodi Malam

Clara tersenyum seraya melangkah mendekati Karl. Ia meraih kancing kemerja Karl dan membukanya satu per satu.

"Kau tidak boleh melakukan ini!" lirih Karl. Ia menelan ludah.

"Kenapa?" bisik Clara sambil tersenyum. Ia masih melakukan aksinya.

"Apa aku tidak cukup menarik untukmu!" lirih Clara. Ia menatap menggoda Karl.

"Astagaa! Ini membuatku bingung!" ucap Karl. Ia tersenyum dan sungguh malam itu, bagi Clara, Karl benar-benar terlihat sangat konyol.

Namun, matanya terlihat tunduk pada permainan Clara.

Yang diucapkan dan yang dilakukannya juga sangat bertentangan, Tidak boleh melakukan tapi tangannya menjulur ke tubuh Clara, memeluknya erat dan menggamit bibirnya. Keduanya berciuman cukup lama dan intens.

"Kita harus menghentikan ini!" lirih Karl lagi dengan nada suara berat.

Clara tertawa kecil.

"Lakukan saja kalau kau bisa," ujar Clara.

"Oh, Clara, jangan lakukan ini kepadaku!" Karl mendesah pelan sebab Clara mencium leher Karl dan memberikan beberapa tanda di sana.

Clara tak menggubrisnya. Ia melakukan yang ingin ia lakukan. Dan tak perlu menunggu lama bagi keduanya untuk berpindah dari ruang itu ke kamar dengan pakaian mereka yang berserakan di mana-mana.

Tak perlu dicaturkan lagi suara desahan berlomba dengan kecipak ciuman yang sesekali diselingi suara lirih Clara dan Karl saling memanggil nama masing-masing memecah keheningan malam, menguntai melodi malam mendeskripsikan sebuah kenikmatan. Dan itu tidak berhenti sampai akhirnya pagi menjelang. Kali ini tidak ada paksaan. Keduanya sama-sama menikmati permainan.

Suara kicauan burung terdengar dari luar jendela diiringi dengan hembusan angin sepoi-sepoi sama sekali tak membuat mereka bangkit dari ranjang mengingat keduanya tak punya lagi tenaga alias kelelahan. Mereka masih bergelung dalam selimut dalam keadaan telanjang dan saling berpelukan.

Sebuah mobil berhenti di depan mansion. Amanda dan Justice keluar dari mobil membawa sebuah keranjang dan pasti itu hidangan sarapan. Mereka memasuki mansion dan mendapati Karl tidak ada di ruang dapur. Mereka berjalan ke ruang tengah sambil memanggil nama Karl berulang kali. Namun, tetap tidak ada jawaban.

Namun, saat mereka berjalan ke ruang musik, Amanda dan Justice tertegun. Mereka melihat pakaian yang berserakan, bercampur antara lelaki dan perempuan dan ia dengan jelas mengenali siapa para pemilik pakaian tersebut.

Mereka menelan ludah dan bertatapan sebentar, tidak mau membayangkan bahwa yang dipikirkannya baru saja benar-benar sebuah kenyataan. Ia berjalan perlahan menuju kamar dan membuka pintu dengan perlahan dan mereka terkesiap. Pemandangan anak lelakinya dan istrinya yang saling berpelukan dalam keadaan telanjang berbalut selimut menutupi bagian atas kaki sampai pada bagian dada mereka membuat mereka hanya bisa bernapas panjang.

"Kau yang bangunkan!" ujar Justice sambil melangkah keluar kamar dan duduk di ruang tengah.

Amanda menganggukkan kepalanya.

"Karl!" lirih ibunya.

Tidak ada jawaban. Dan setelah beberapa kali mengguncang tubuh anaknya, Karl menggeliat tapi kembali pada posisinya.

"Karl!" sekali lagi ibunya memanggil dan kali ini dengan nada yang agak kesal.

"Hmmm," ucap Karl dan ia membuka matanya.

"Bu, aku masih mengantuk, tolong! Ada apa? Ini hari Minggu kan?" tanya Karl dengan suara yang merajuk.

Amanda melipat kedua tangannya di dada. Ia membuat gerakan dengan matanya agar Karl melihat ke sebelahnya. Karl mengernyitkan alisnya dan ia menuruti permintaan ibunya dan berteriak dengan sangat keras.

Lihat selengkapnya