Karl berdiri di dekat jendela. Ia menatap keluar mengamati Clara yang terlihat bahagia bermain dengan Bando di halaman. Pembicaraannya dengan Ian tadi sore sangat mengganggunya dan jika sudah begitu hanya ada satu cara yang bisa ia lakukan. Berbicara dengan Brad sambil minum adalah solusinya.
Ia mengambil ponselnya yang tergeletak di atas nakas dan menekan satu nomor lalu mendekatkannya ke telinga. Setelah beberapa saat ia mendengar ponselnya diangkat.
"Brad, aku mengganggu?" tanya Karl.
"Tidak. Ada apa?" tanya Brad di ujung sana.
"Aku ingin bicara denganmu," ujar Karl.
"Apa ini soal Clara?" tanya Brad. Ia sangat kenal adiknya yang terkenal dingin tapi hangat itu.
"Menyinggung dia tapi yang ingin kubicarakan adalah tentang Ian," sahut Karl.
"Ian?" terdengar nada Brad heran.
"Besok aku pulang. Kita bicara besok," ujar Brad.
"Uhm," jawab Karl. Lalu ia menutup telfon.
***
"Baiklah, apa yang sebenarnya ingin kau bicarakan?" tanya Brad.
Mereka duduk bersebelahan di meja bar di sbeuah klub kawasan elit yang hanya segelintir orang saja mampu membayar biaya bulanan keanggotaannya. Di hadapan mereka vodka sebagai minuman pembuka.
"Aku akan langsung saja. Kemarin sore, aku mendapati Ian mencium Clara," ujar Karl membuka suara.
Tampak reaksi Brad kaget tetapi dengan cepat ia kembali pada posisi tenangnya.
"Mencium? atau berciuman?" Brad bertanya lebih spesifik.
"Mencium," tegas Karl.
"Posisi Clara sedang tidur di dalam mobil!" Karl mendeskripsikan. Ia lalu menghela napas panjang.
"Uhm," ujar Brad.
"Lantas?" Ia menyambung sambil menoleh ke arah Karl yang terlihat memasang wajah kecewa.
"Apa maksudmu dengan lantas?" Karl yang juga kaget dengan pernyataan Brad menoleh ke arahnya.
"Apa yang kau lakukan? dan Ian apa reaksinya saat kau tahu?" Brad menatap Karl.