"Filmnya menarik, bukan?" ujar Sophia sambil berjalan keluar dari bioskop. Karl menganggukkan kepala sambil tersenyum.
Entah apa yang sebenarnya diinginkan Sophia dari pernyataan itu, atau reaksi apa yang sebenarnya ia harapkan dari Karl saat ia menyatakan itu sebab ia tahu benar selama film itu berlangsung Karl terlalu sering mengeck ponselnya, entah itu hanya untuk memeriksa pukul berapa atau melihat instagram Ian. Memang ia melakukannya itu dengan sangat cepat, mungkin berharap agar ia tak tahu, tapi bagaimana bisa jika keresahannya itu sudah tergambar jelas dari sikapnya yang mulai mengganggu di tengah jalannya film sebab semakin kentara bahwa fisiknya di sana, pikirannya di tempat lain.
"Apa ada hal lain yang ingin kau lakukan setelah ini?" tanya Karl setelah mereka keluar dari bioskop.
"Entahlah! Aku ikut kau saja," ujar Sophia.
"Oh, kalau begitu. Kita ke apartemen Ian ya! Makan siang bersama di sana?" Karl menjelaskan.
"Oh, tapi, ..." Sophia tertegun.
"Kenapa? Ada masalah?" tanya Karl.
"Mereka masih memasak. Kita masih sempat datang dan makan siang bersama," ucap Karl.
"Aku harus bertemu dengan teman kuliah pukul dua. Aku lupa," ujar Sophia.
"Begitu." Karl mengecek jam tangannya.
"Masih ada waktu setengah jam. Kuantar kau ke tempatnya. Setelah itu, aku akan langsung ke rumah Ian. Pukul berapa aku menjemputmu?" tanya Karl dengan lembut.
"Eh? Oh, ya, kau tidak perlu menjemputku, Dia yang akan mengantarku," ujar Sophia lagi, Ia memaksakan sebuah senyuman, padahal hatinya kecewa luar biasa.
Ia berbohong bahwa ia akan bertemu dengan seorang teman sebab ia hanya ingin tahu apakah Karl akan cemburu tentang hal itu atau tidak. Dulu, ketika seperti itu, Karl akan memaksa ikut dengannya dan jika tidak bisa ia akan bertanya siapa temannya dan akan video call di tengah-tengah pertemuan mereka hanya untuk memastikan siapa temannya itu. Namun, tidak sekarang dan hanya satu orang penyebabnya, si perempuan binal yang telah mengambil semuanya, Clara Miller.
Karl mengantarkan Sophia ke tempat yang ia sebutkan sebelumnya dan setelah mengantarkannya, ia bergegas menuju apartemen Ian. Namun, di tengah perjalanan, seseorang menelfonnya. Ia meminggirkan telfonnya dan mengangkatnya.
"Tuan Karl Brightman?" tanya seseorang dari telfon itu.
"Iya, benar." Karl menjawab.
"Kami dari toko Babies and Stuffs. Pesanan yang Anda pesan sudah ada dan selesai. Apakah Anda bisa mengambilnya sekarang?" tanya orang yang ternyata adalah pelayan.
"Oh, tunggu sebentar," ujar Karl. Ia mengecek jam tangannya dan menghitung perjalanan dari tempatnya ke toko lalu ke apartemen Ian. Meski agak lama, ia akhirnya memutuskan untuk mengambil pesanan itu lalu ke apartemen Ian. Dan benar saja sesampainya di sana, Clara sudah berbenah siap pulang.
"Kau dari mana saja? Pestanya sudah selesai." Nada Ian terdengar kesal. Itu yang ia katakan saat saat ia membuka pintu untuk Karl.
"Di mana Sophia?" tanya Ian celingukan karena hanya mendapati Ian berdiri sendirian di depannya.
"Dia ada janji dengan temannya," ujar Karl.
"Oh!" jawab Ian pendek.
"Kau sendiri?" Clara tetiba muncul dengan dandanan siap pulang.
"Iya. Kau sudah mau pulang?" tanya Karl.
"Iya," jawab Clara.
"Masih ada sisa makanan. Kau tinggal saja dulu di sini dan makan. Aku akan pulang," ujar Clara datar.
"Kalau begitu kita pulang bersama saja. Aku bisa makan di rumah," ujar Karl.
"Tidak perlu. Aku akan pulang sendiri." Clara menjawab dan melihat ke arah Ian.
"Sebaiknya kau ikut Karl. Brad akan marah kalau tahu kalian dari rumahku tapi tak pulang bersama," ujar Ian. Sementara orang tua mereka melakukan perjalanan, Brad yang mengatur semuanya di mansion dan kedua adiknya sangat patuh dan menghormati pada kakak paling tua itu.
"Baiklah!" Clara berkata dengan nada pasrah.
"Tunggu sebentar!" ucap Ian. Ia berlari ke arah dapur dan mengeluarkan sesuatu dari kulkas.
"Ini masakan Clara. Kau bawa saja untuk makan malam," ujar Ian.
"Oh!" Karl agak kaget. Tapi ia menerimanya.
"Terima kasih," ujar Karl.