Yang Dikejar, Lari

Diana Mahmudah
Chapter #2

Bab 1 Titik Balik

Nando menutup pintu ruangan Kepegawaian saat Pak Tarna, salah satu atasan di Bagian lain, lewat di lorong dan menepuk pelan bahunya. Nando menoleh.

"Eh, Pak," sapanya sopan.

"Bisa ke ruangan saya bentar, Nan?" tanya Pak Tarna to the point.

Nando mengangguk dan mengiringi Pak Tarna ke ruangannya. Setelah duduk, Pak Tarna memberikan beberapa lembar kertas pada Nando.

"Bulan November ada event Pornas," ucap Pak Tarna.

"Pornas? Pekan Olahraga Nasional?"

Pak Tarna mengangguk. "Bantu saya ya, Nan. Saya lagi nyari yang bisa ikut cabang atletik nih."

Acara Pornas ini diselenggarakan oleh Korps Pegawai Republik Indonesia (Korpri) setiap satu tahun sekali. Pak Tarna ini adalah salah satu pengurus Korpri yang membidangi olahraga di kantornya. Ada banyak cabang olahraga yang dilombakan di event Pornas. Dari mulai voli, catur, badminton, hingga atletik. Padahal satu kantor ini tahu bahwa Nando penyuka lari, tetapi ia tidak pernah satu kali pun mengikuti event tersebut. Selain karena kurang berminat, pekerjaannya sebagai petugas protokol juga sangat menyita waktunya. Tidak mudah mencuri jadwalnya di tengah hiruk pikuk tugas-tugasnya.

"Saya tahu Bagian Protokol masih sibuk ngurusin kegiatan Pimpinan di akhir-akhir masa periode begini. Tetapi, kali ini saya minta tolong, Nan. Kamu ikut ya untuk cabang atletik?"

Nando membaca-baca dengan singkat kertas berisikan detail kegiatan tersebut sebelum mengambil keputusan.

"Cabang atletik yang dilombakan itu lari estafet. Pesertanya empat orang. Masing-masing lari 400 meter. Nyari orang satu aja saya susah, apalagi empat." Pak Tarna memijat keningnya.

Nando jadi iba.

"Udah ngajak siapa aja, Pak? Nggak nyoba ajak Priyo juga?"

"Priyo nggak bisa. Katanya istrinya lagi hamil muda ya? Nggak bisa ditinggal-tinggal katanya."

Nando teringat. Nindi memang sedang hamil dua bulan. Kayaknya hamilnya itu repot banget sampai pernah dirawat inap segala.

Nando membaca lagi detail kegiatan itu di tangannya. Acaranya bulan November di Bandung. Sekarang akhir Agustus. Berarti masih ada waktu sekitar dua bulan lebih untuk persiapan.

“September-Oktober kan pelantikan Pimpinan baru. Terus tanggal 20 Oktober juga pelantikan Presiden dan Wapres. Saya kira kamu mungkin bisalah berangkat untuk bulan November. Ya kan, Nan?" Pak Tarna terus membujuk.

Entah kesambet apa, kepalanya tiba-tiba mengangguk tanda setuju.

"Oke, Pak. Saya ikut."

Pak Tarna langsung semringah.

"Nah, gitu dong! Nanti saya cari tiga orang lagi ya. Oh iya, karena kayaknya kamu ngerti banget soal lari ini, saya minta tolong kamu bikin jadwal dan teknis latihan ya. Udah beberapa kali ikutan maraton di luar negeri, pasti bisa dong bikin gituan."

Pak Tarna dan Nando tertawa. Nando pun mengangguk menyanggupi.

"Baik, Pak. Nanti saya usahakan bikin."

"Terima kasih, Nando." Pak Tarna mengantar Nando keluar sebelum bertanya, "Eh, gimana persiapan Belanda? Lancar?"

Setiap kali ada yang bertanya perihal itu, hati Nando menghangat. Beberapa atasan di kantornya tampak bangga pada dirinya karena bisa mendapatkan beasiswa dalam waktu yang singkat. Padahal beberapa seniornya ada yang mencoba apply beasiswa keluar negeri bertahun-tahun tapi kebanyakan gagal dulu berkali-kali sebelum akhirnya lolos. Sedangkan Nando hanya membutuhkan waktu dua tahun dan satu kali gagal untuk kemudian ia bisa lolos.

So far lancar sih, Pak. Baru tadi saya nyicil persyaratan ke Kepegawaian."

"Awal tahun depan berangkat, kan?"

"Iya, Pak. Minta doanya."

Pak Tarna menepuk pundak Nando. "Pasti dilancarkan. Sukses ya."

Nando berterima kasih lalu pamit.

Selain merasa senang ada orang yang bangga padanya, di sudut hatinya yang kecil ada perasaan lelah dan ingin segera pergi. Beasiswa itu ia ajukan dua tahun lalu tepat saat dirinya memutuskan bercerai dengan istrinya, Kia. Niatnya tentu saja untuk melupakan semua hal yang masih tersisa di sini. Tetapi ternyata tidak semudah itu. Pertama kali apply ia gagal. Tes TOEFL dan IELTS saja harus ia ulangi sampai tiga kali. Awal tahun ini ia putuskan untuk mencoba lagi. Surprise, surprise! Bulan Mei lalu ia dinyatakan lolos.

Meskipun begitu tidak ada satu orang pun yang tahu apa motivasi Nando mengajukan beasiswa keluar negeri selain dirinya sendiri.

Lihat selengkapnya