Yang Dikejar, Lari

Diana Mahmudah
Chapter #11

Bab 10 Merasa Bodoh

Pace-ku biasanya maksimal di tujuh, sih,” ucap Ayunda.

“Ya udah, kita ngikut aja di tujuh,” putus Nando.

Ayunda, Nando, Angga, dan Bagas sedang berunding mengenai latihan perdana malam ini. Gelora Bung Karno (GBK) tidak seramai biasanya. Jumat malam, keempat orang yang tergabung di tim lari estafet untuk Pornas bulan depan ini akhirnya bisa melaksanakan latihan. Meskipun tidak seserius atlet-atlet beneran, tapi berbekal sedikit pengetahuan dari masing-masing mereka sudah cukup bisa memfasilitasi latihan ini.

Angga dan Bagas setuju dengan keputusan Nando.

“Ya, kita ikut di pace tujuh juga,” ucap Angga.

“Lagipula kalau ngikut pace-nya Nando kasihan Dek Yunda, Mas Bagas nggak tega,” goda Bagas dan langsung ditertawakan yang lain.

“Jangankan Yunda, Gas, gue aja engap kali kalau ikut ngimbangin si Nando. Lo jarak 5K aja bisa dua puluh menit kan?” tuduh Angga pada Nando.

“Emangnya gue The Flash?” cibir Nando. “Nggak pa-pa, lah, kita latihan di pace tujuh dulu. Kan yang penting pace-nya konsisten.”

“Lagian pace tujuh buat cewek tuh udah wow banget,” jerit Bagas lebay membuat Ayunda terbahak. “Aku padamu, Yunda,” ucap Bagas lembut sambil menyodorkan simbol mini love dengan jarinya pada Ayunda.

Nando langsung meraup muka Bagas dengan gemas. Tak pelak Ayunda tambah terbahak.

“Jangan digangguin! Ayunda alergi sama gombalan jomlo kurang kasih sayang kayak lo!” hardik Nando pura-pura tak terima. “Jangan sampai abis ini besok dia ngundurin diri dari tim,” canda Nando.

“Ih, sirik aja Nando mah, ya,” ucap Bagas pura-pura berbisik pada Ayunda.

Selama hampir dua jam mereka latihan. Dimulai dari pemanasan, latihan teknik lari estafet ala kadarnya, sampai berlari sejauh 5K bersama-sama. Pukul delapan malam semua rangkaian latihan itu akhirnya selesai.

Angga memimpin mereka semua melakukan pendinginan. Tetapi karena Angga menginstruksikannya dengan cepat, konsentrasi mereka semua jadi berantakan saat melakukan pendinginan. Angga menghitung setiap gerakan dari satu sampai delapan dengan hitungan yang cepat, sehingga satu gerakan itu diselesaikan kurang dari lima detik. Semua orang protes.

“Woi, kecepetan ngitungnya, Bro!” teriak Bagas.

“Kayak bocah main petak umpet. Gimana sih, Ngga?” protes Nando juga.

“Udahan aja deh kayaknya. Malah ngaco jadinya,” seru Ayunda.

“Ya udah kalau gitu! Semuanya selesai ya! Gue pulang!” ucap Angga tergesa.

“Eeeh! Mau ke mana lo?” tanya Bagas menahan tubuh Angga.

Dengan bergantian antara melihat teman-temannya dan jam di tangannya, Angga berkata, “Cewek gue udah nungguin di depan f(x) situ. Gue pulang sekarang ya.”

“Dih, pantesan buru-buru, mau pacaran ternyata,” cibir Bagas.

“Ngomong dong kalo mau lanjut pacaran,” kata Nando.

“Nggak. Bukan pacaran. Biasanya emang pulang bareng naik bus dari shelter f(x) situ. Cewek gue tadi gue minta tungguin sampai jam delapan. Kasihan, udah nungguin lama.” Angga terkekeh.

Ada beberapa jurusan bus tertentu (biasanya jurusan ke Bekasi, Tangerang Selatan, Bogor, dan Depok) yang mengangkut penumpang yang merupakan pegawai kantoran di shelter bus di depan mal f(x) dengan jadwal-jadwal tertentu.

Lihat selengkapnya