Suara ketukan jarinya yang lincah di atas keyboard laptop menemani siang harinya. Jari-jari lentik itu seperti menari indah di atas keyboard. Sesekali jemarinya berhenti selaras dengan lirikan matanya yang ke kiri atas atau kanan atas. Lirikan-lirikan mata itu bermaksud memancing ingatan dan kreativitasnya dalam merangkai kata. Selain memancing ingatan, ia juga selalu memancing otaknya mengeluarkan diksi-diksi yang ia punya di dalam memori untuk ia rangkai ke dalam sebuah kalimat-kalimat yang nyaman untuk dibaca orang lain. Jika tidak, ia akan menekan tombol backspace dengan lama untuk menghapus kalimat-kalimat itu, lalu mengetikkannya ulang hingga ia puas.
Tulisannya masih setengah jalan, tetapi tenggorokkannya sekering tanah pecah-pecah yang tak tersentuh air tiga bulan. Kepalanya mengangguk-angguk pelan seiring suara James Hatcher dan Andrew Clutterbuck mengalunkan dengan sendu lagu berjudul Warm on A Cold Night di kedua telinganya. Ia pun mengambil satu tumbler di ujung mejanya lalu meneguk isinya dengan santai. Kepalanya masih mengangguk-angguk pelan menikmati Honne mengolah tangga nada.
Matanya tiba-tiba tertuju pada ponselnya yang tergeletak di samping laptop yang menampilkan satu nama menari-nari di layarnya. Nindi menelepon. Ia pun membuka headphone yang menutup telinganya lalu mengalungkannya di leher.
“Halo?” sapanya.
“Haiii. How was Thailand? Seru?” balas suara di ujung sana.
“Gue baru aja balik dari Thailand dua hari lalu.”
“Oleh-oleh apa kabarnya nih?”
Ia tertawa. “Apaan? Gue ke sana kan kerja, bukan liburan.”
“Biasanya juga disambi kan.”
“Tenang. Gantungan kunci-gantungan kunci mah ada, lah,” ia terkekeh.
Suara Nindi di ujung sana juga terkikik.
“By the way, lo masih suka kontekan sama si Nando kan?”
Ia mengernyit lalu mendengus, mulai tahu ke mana arah pembicaraan temannya ini.
“Masih. Lo lama-lama kayak nyokap gue deh, Ndi, dikit-dikit nanyain hal nggak penting berulang-ulang.”
“Lho, kata siapa ini nggak penting? Ibarat algoritma Instagram buat selebgram nih, Ka, lo itu harus posting story secara intens dan berkesinambungan supaya akun lo nggak ketimpa sama akun lain,” repet Nindi.
“Ya terus emangnya kenapa?”