Yang Ditinggalkan oleh Lana

Fenny C Damayanti
Chapter #3

Rumah Auto Gerah

Hari Selasa pukul 12.20. Aku baru saja menghabiskan menu pertamaku hari tersebut. Aku membuat sendiri roti isi panggang dengan bahan yang ada, roti ditambah lembar sayuran, potongan sosis, saus juga keju. Sederhana saja.

Aku memakan menuku di depan meja kayu panjang yang langsung menghadap jendela kaca besar, menampilkan panorama halaman luar. Matahari sedang bersinar lumayan terik.

Di atas meja kayu panjang tersebut aku juga meletakkan laptopku yang terbuka begitu saja. Entahlah hari ini seperti sangat tak jelas apa yang tengah ingin kulakukan. Sejujurnya lumayan tak beda dengan beberapa hari ke belakang.

Aku merasa belum begitu siap untuk terlalu sering pergi ke kafe milikku dan almarhum Lana. Meski kini kafe telah buka seperti biasanya, kurasa aku masih bisa mengontrolnya dari rumah jika tak ada hal urgent.

Sejujurnya rumah patungan bersama milik aku dan Lana ini juga mengingatkan banyak hal tentang cowok itu. Aku seperti tengah merasa amat sesak karena tenggelam dalam lautan kenangan bersama Lana teman baikku selama ini.

Pandanganku menerawang ku luar melalui jendela transparan. Tertangkap oleh mataku beberapa pot tanaman hias yang kini nampak layu. Pot-pot tersebut terletak agak di atas meja kayu panjang, tepatnya di sepanjang bingkai jendela besar bagian bawah.

Ada tujuh pot kecil, yang kesemua tanaman di dalamnya nampak nelangsa dan layu. Selama ini memang Lana yang lebih rajin mengairi tanaman-tanaman mungil tersebut. Mereka pasti merindukan Lana juga.

Agak enggan aku meraih botol air mineral di sampingku, menyiramnya sedikit demi sedikit pada pot-pot mungil tersebut. Hingga gawai yang juga kuletakkan di dekat laptopku membunyikan sebuah notifikasi. Sebuah pesan, aku membukanya.

[Kalo lo lagi gak sibuk, bisa gak hari ini ke rumah gue? -Nara]

Dari Nara? Aku melihat sekilas foto profil dalam pesan tersebut, memang Nara. Well ini pertama kalinya. Aku memang sempat meninggalkan nomor telponku kala berkunjung ke rumahnya sebelumnya. Entahlah, tapi di samping khawatir akan keadaannya, aku juga merasa butuh tersambung dengan keluarga Lana setelah ia tiada.

[Oke, sedang free hari ini. Gue siap-siap dulu.]

Aku langsung membalasnya begitu saja.

[Gue harap gak ganggu lo, thanks.]

[Sampai jumpa, Ra.]

Sepertinya Nara tidak membalas pesanku lagi. Meninggalkanku dengan banyak pertanyaan perihal isi pesannya kali ini. Tanpa berpikir panjang aku mulai bersiap-siap untuk menuju rumah Nara.

🤍

"Lo gak perlu bawa apapun ke sini. Sori kalo gue malah jadi ngerepotin lo banget."

Lihat selengkapnya