"Sori. Karena lo tadi bilang kita nggak harus buru-buru berangkat, gue jadi sekalian bawain makan siang."
Jelang weekend, sekarang sekitar pukul 11.15. Kurasa ini pertemuan ketigaku dengan Nara di rumahnya semenjak kepergian Lana.
Aku duduk tepat berhadapan dengan Nara yang siang ini mengenakan atasan model turtleneck putih bermotif dipadu celana jins. Sedangkan aku mengenakan setelan celana serta jaket denim plus kaos bermotif strip hitam putih. Kami sekarang berada di ruang makan rumah Nara.
"Tadi gue sempet mikir bakal pesen antar aja ato mampir kafe di jalan sekalian. Gue sebenernya takut ngegangguin jadwal lo, Gal. Sori." Nara berkata, kali ini roman wajahnya sudah terlihat lebih segar, pulasan makeup tipis membuatnya tambah menawan. Rambut sebawah bahunya digerai membingkai muka makin paripurna.
"Santai, Ra. Jujur aja gue seneng ngobrol, hangout sama lo. Kapanpun lo butuh lah, sumpah jangan sungkan-sungkan. Tadi dari kafe kan gue langsung ke sini, untungnya lagi bawa mobil sendiri juga. Hehe."
Andai Nara tahu kehadiran sosoknya dalam hidupku belakangan ini membawa perubahan baru yang positif. Jujur saja Nara seringkali mengingatkanku bahwa Lana selama ini tidak benar-benar meninggalkanku. Aku tidak bercanda saat mengatakan kehilangan sahabat akrab itu sungguh rasanya sangat membuat hampa.
"Cerita sedikit ya, gue sebenernya janjian sama sahabat cewek gue, namanya Albi. Tapi sayang dia harus cancel karena ada kepentingan mendadak. Entah deh gue lantas kepikiran elo." Roman Nara nampak serius kala menjelaskannya.
"Sori sebelumnya ini sekadar nanya ya. Cowok lo gimana?" hati-hati aku menanyakannya.
"Gue belum sempet keluar rumah buat bicara lagi sama Devon pacar gue, ini pun perdana keluar karena harus nganter barang sumbangan. Mungkin gue harus cerita juga, seringnya almarhum Lana di masa lalu punya hubungan nggak terlalu baik dengan pasangan gue selama ini. Devon terbilang nggak begitu terbiasa ke rumah gue. Sori panjang lebar." Roman wajah Nara nampak kurang nyaman membicarakan perihal ini.
Sejujurnya aku juga tak begitu ingin mengorek lebih lanjut soal percintaan adik Lana tersebut. Biar bagaimanapun Nara merupakan seorang perempuan dewasa yang bisa menentukan jalan hidupnya. Aku bertanya sebatas menjaga norma kesopanan saja tadi kupikir.
"Oke gue paham. Betewe ayo dong dimakan, Ra. Semoga lo suka. Ini tadi gue bawanya ricebowl beef sambal matah sama chicken salted egg aja. Lo bisa pilih. Minumnya ada avocado coffee sama pandan boba coffee." Aku memperlihatkan menu yang setelah keluar dari bungkus karton, sekarang sudah terpampang di meja makan.
"Thanks berat, ini kelihatan enak. Gue yang chicken sama avocado ya." Nara nampak bersukacita mengambil pilihannya, bersiap untuk menikmati kudapan serta minumannya.
Makan siang kali itu kami selingi dengan beragam obrolan ringan. Setelahnya kami beristirahat sebentar untuk kemudian lanjut memeriksa barang yang sudah dipak sebelum diantar sampai tujuan.
🤍