Yang dunia anggap rusak

namirota rahma
Chapter #4

Ruang yang Tak Pernah Netral

Di ruang BK, empat kursi sudah ditata membentuk lingkaran kecil. Di sana sudah duduk Pak Taufik, guru BK bernama Bu Atika, dan... Raihan bersama ayahnya. Lira masuk terakhir, disambut pandangan tajam pria itu.


“Silakan duduk, Lira,” ujar Bu Atika dengan nada tenang, tapi terdengar dibuat-buat.


Lira duduk tanpa berkata apa-apa. Ia menyilangkan tangan di dada.


“Kami memanggil kalian berdua untuk menyelesaikan insiden kemarin. Pak Ridwan—ayah Raihan—merasa ini bukan sekadar kenakalan biasa. Lira, apa kamu sadar perbuatanmu salah?” tanya Bu Atika.


Lira menatap lurus ke arah Bu Atika. “Kalau salah berarti melawan saat dihina di depan umum, ya... saya salah, Bu.”


Pak Ridwan membanting tangannya ke meja kecil. “Lihat! Nada bicaranya saja tidak sopan. Ini yang saya maksud. Anak ini tidak tahu hormat!”


Pak Taufik mencoba menenangkan. “Kita di sini bukan untuk saling menyalahkan, Pak. Tapi untuk dengar dari dua sisi.”


Raihan akhirnya angkat suara. “Saya hanya mengoreksi pendapat Lira di kelas. Tapi dia tersinggung dan mulai menyerang saya secara fisik.”


Lira menoleh cepat. “Bohong! Kamu yang pertama dorong aku. Jangan dibalik-balik.”


“Sudah cukup!” Bu Atika bersuara tegas.


Ruangan kecil itu tiba-tiba jadi ruang penghakiman. Bukan untuk mencari kebenaran, tapi untuk menentukan siapa yang harus disalahkan lebih dulu.

Lihat selengkapnya