Yang dunia anggap rusak

namirota rahma
Chapter #6

Cermin yang retak

Lira berdiri di sebuah lorong sekolah yang panjang dan asing. Dinding-dindingnya tinggi, warnanya abu-abu lembap seperti baru saja hujan. Cahaya lampu menyala redup, berkelip-kelip seperti hendak padam. Tidak ada suara, hanya gema langkahnya sendiri yang terdengar seperti bukan miliknya.


Ia menoleh ke kiri—kelas kosong. Menoleh ke kanan—bayangan seseorang melintas, terlalu cepat, terlalu senyap. Ia mencoba mengejarnya.


Langkahnya berlari, tapi lorong seperti tak pernah habis. Tiba-tiba terdengar suara—suara tawa. Tawa yang dikenalnya. Najla.


“Najla?” serunya.


Tak ada jawaban, hanya tawa yang perlahan berubah menjadi isak tangis. Ia terus berlari.


Lira mendapati sebuah pintu besar dengan tulisan “KELAS FILSAFAT KEHIDUPAN”. Ia membuka perlahan. Di dalam ruangan itu, hanya ada satu meja… dan satu kursi.

Lihat selengkapnya