Dan pagi ini Raskya telah tiba di Malang. Setelah tiba di stasiun kereta api Malang, ia tampak kebingungan untuk mencari toilet. Banyak orang yang berlalu lalang didepannya yang menyulitkan ia untuk melihat petunjuk keberadaan toilet.
Brukk!
"Aduh," keluh Raskya kemudian ia bangun dari posisi jatuhnya.
"Maaf mbak saya enggak sengaja," ujar seseorang yang menabrak Raskya, seraya membantu Raskya berdiri.
"Ia mas gak apa-apa...saya buru-buru nih," kata Raskya. Seraya membenarkan posisi tas ranselnya. "Eh bentar mas! bukannya kemarin kita ketemu di Jogja ya?" tanya Raskya.
"Iya mbak..saya Rafa." Seraya mengulurkan tangan pada Raskya. "Mbak sendiri ngapain ke Malang?" tanya orang tersebut.
"Saya Raskya, saya kesini ya mau jalan-jalan aja, kalau masnya sendiri?" tanya Raskya seraya membalas jabatan tangan orang tersebut.
"Ini kampung halaman saya, ya sudah kalau begitu saya pamit dulu, sudah dijemput dengan keluarga," ujar laki-laki itu. Dan pamit meninggalkan Raskya dengan tergesa.
Dan setelah itu akhirnya Raskya menemukan keberadaan toilet.
***
Sudah dua hari Raskya berada di Malang, berkeliling-keliling di kota ini membuatnya menjadi cinta pada apel. Rencananya hari ini ia juga akan berkunjung ke Kota Batu.
Karena disana terdapat museum Angkut yang sudah lama tak dikunjunginya.
***
Museum Angkut ternyata masih menjadi favoritnya selama berada di Kota Batu. Besok, Raskya harus kembali ke Jakarta karena lusa sudah masuk kuliah.
Berkeliling melihat pemandangan sekitar membuatnya ingin berlama-lama di Kota Batu ini. Tapi, realita membuat ia harus cepat berkuliah melanjutkan skripsinya.
***
Saat ini Raskya sudah berada didalam pesawat, hari ini adalah hari kepulangannya. Jika di pesawat rasanya membosankan sekali jika tidak melakukan apapun. Jadi, ia memutuskan untuk membaca sebuah novel.
"Mbak Raskya," sapa orang yang duduk di sebelahnya.
"Mas Rafa ya?" tanya Raskya dengan kikuk.
"Ketemu lagi kita mbak," ujar orang tersebut yang ternyata Rafardhan. Dengan senyumannya yang mempesona.
Lelaki itu adalah Rafardhan, orang yang kemarin dengan baik hati mengembalikan gelang kesayangan Raskya. Selama berada di dalam pesawat, mereka bercengkrama dengan hangat seperti layaknya sahabat yang sudah lama akrabnya.
Nama laki-laki tersebut adalah Rafardhan Ghozar Athair. Dia adalah lelaki yang mempesona dengan hidungnya yang mancung, rahangnya yang tegas, dan juga senyum yang sangat manis. Tentunya, membuat Raskya terpesona. Dan ternyata profesinya adalah seorang fotografer.
Tiba di Jakarta dan berakhir pula pertemuan Raskya dengan Rafardhan. Ternyata, orang yang baru dikenal tak seburuk apa yang telah dibayangkan oleh Raskya sebelumnya.
***
Tadi sekitaran jam 3 sore Raskya baru saja sampai dirumah dengan perasaan yang senang sekaligus melelahkan. Di rumah terasa sepi, karena Raskya adalah anak tunggal dan orang tuanya sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Jadi dirumah ia hanya tinggal bersama asisten rumah tangganya, bude Imah namanya.
Dan nama panggilan Raskya dirumah adalah Anya diambil dari nama terakhirnya, A(dh)nya. Jadi, jangan heran ya..jika Raskya dipanggil Anya.
"Eh..mbak Anya, sudah sampai?" tanya bude Imah. Mengantarkan Raskya sampai di depan pintu kamar.
"Alhamdullilah bude, Anya beres-beres dulu ya bude," ujar Raskya lalu ia langsung masuk ke kamar mandi.
Selesai mandi dan berkmemas, Raskya memutuskan untuk istirahat dikarenakan besok adalah jadwal ia pergi ke kampus.