Yang Kepergiannya Seolah Demi Kebaikan

Nu
Chapter #2

INGATAN YANG DIRAMPOK

Seseorang tidak pernah peduli bahwa dialah alasan kenapa bunuh diri itu hanya jadi bagian dari kalimat ini.

 

Ibu tidak peka selama hampir dua puluh tahun. Tidak diketahuinya kalau aku menahan diri, tetap bernafas demi dirinya. Aku ingin dia merasa bangga telah memilikiku. Aku berharap dia menikmati masa-masa menganggapku sebagai berkah tak tertandingi.

Kini, semuanya terasa menyebalkan. Aku lelah. Lelah berkepanjangan. Lelah dan menemukan satu pemikiran setan bahwa cara menghilangkannya hanya dengan menghilang. 

Seperti ayah. Bertengkar dengan ibu mungkin sangat melelahkan hingga ia memilih jadi orang yang meninggalkan. Ayah dan aku sependapat kalau pergi adalah solusi jika merasa lelah.

Sawal yang dijanjikan Bu Sukma memanggil di ujung tangga. Salahnya karena terlahir sebagai anak laki-laki, ia harus puas menungguku turun sebab area kosan terlalu sensitif dengan kemunculan lawan jenis. Kami yang tinggal di sini suka seenaknya pada tubuh, membiarkannya sedikit tampak liar karena kosan cukup panas. 

Kostum sehari-hari adalah tanktop dan celana pendek sepanjang pertengahan paha. Makanya, laki-laki terlarang menginjakkan kaki ke dalam kosan. 

"Ini kembaliannya, Kak." Sawal membuka tangannya yang terkepal di atas kedua telapak tanganku yang berdempet. Uang dua ribu berhamburan keluar, tiga lembar jatuh. Sawal memungutnya dan kembali menyerahkan itu padaku.

"Itu untukmu saja," ucapku. Sawal senyam-senyum, berterima kasih lalu berbalik meninggalkanku. Aku lupa menambahkan seripu rupiah. Minuman dingin kesukaannya naik harga. Tapi biarlah.

Aku bergegas ke kamar, mengunci pintu lalu selonjoran di dekat ranjang. Kuluruskan satu satu uang dua ribu itu dan menyusunnya serapi yang kubisa. Jumlahnya masih cukup untuk beli mi pangsit depan kampus.

Banyak warung di sekitar kampusku. Banyak pilihan, harga tentu bervariasi... beda-beda tipislah. Sejak awal, aku jatuh hati di warung 'Mas Onyo'. Menunya bermacam-macam, ada yang bisa meningkatkan tekanan darah, ada yang bermusuhan dengan lambung, ada yang membuat jerawat semakin betah di wajah. 

Tapi murah dan enak.

Saat ini, aku sangat ingin mencicipi baksonya yang kadang kekurangan kuah dan kelebihan garam. Sudah lama tidak dicecap lidahku karena aku absen seminggu dari perkuliahan, meliburkan diri demi kelancaran percobaan bunuh diriku bulan ini, Juli yang angkuh. Bulan yang mirip Juni tapi melebihkan jumlah harinya. Karenanya kusebut angkuh.

Seangkuh ibu yang lahir di bulan itu.

Bertemu dengannya di musim jagung. Lewat suara. Suaraku dan suaranya membentuk obrolan di ponsel. Ia menyuruhku pulang untuk makan pallu' batu (jagung masak). Aku memintanya mengantarkan langsung padaku karena aku terikat jadwal kuliah padat. 

Lihat selengkapnya