Suasana rumah sakit kali ini terasa lebih mencekam, entahlah Naraka merasakan jantungnya berdetak lebih kencang padahal bukan jantungnya yang sedang bermasalah. Setelah perdebatan di jalan tadi, pria yang Naraka sendiri juga belum tahu namanya, pada akhirnya membawa dirinya ke rumah sakit menggunakan mobil ibunya yang sejak tadi selalu misah-misuh selama diperjalanan.
"Kamu gatal sekali ya jadi perempuan, udah pura - pura tertabrak, dan sekarang putri saya juga nggak sekolah karena harus ikut nganter kamu ke rumah sakit ini." dengan raut wajah sinis wanita paruh baya itu menatap Naraka yang sedang terlentang di ranjang rumah sakit tersebut.
"Udah dong mih, jangan asal nuduh kakaknya dong. Lagipula kita kan nggak lihat kejadiannya langsung, ya kan tadi bang Jeksa juga bilang dia yang salah, ya berarti harus tanggung jawab dong." kini seorang remaja yang berseragam SMA itu memberikan pengertian kepada ibunya.
"Mami itu nggak percaya sama warga, mereka itu miskin dan pasti dong mereka buat kata-kata seolah-olah anak mami ini yang bersalah. Padahal ternyata anak miskin ini yang sengaja nabrakin dirinya." wanita paruh baya itu dengan sengaja mengarahkan jari telunjuknya pada Naraka yang hanya bisa terlentang dengan jantung yang berdegup begitu kencang.
"Udah deh mi, kita pulang aja. Lebih baik mami tenangin dulu diri mami di rumah." gadis remaja tersebut langsung memegang erat kedua sisi bahu sang mami, dan dengan sekuat tenaga dia membawanya keluar dari ruang rawat tempat Naraka .
"LOH LOH!!! kamu ngapain Violet bawa mami pulang, itu abangmu itu juga ikut pulang dong, tinggalin aja.." kata-kata itu perlahan mulai menghilang, seiring dengan kepergian mereka yang Naraka yakin masih saja berdebat, namun kini dengan nada suara yang lebih pelan.
Dan setelah reaksi adegan jantung yang berdegup kencang akibat kata-kata pedas yang dilontarkan oleh wanita paruh baya tersebut, kini degup jantung Naraka rasa-rasanya lebih kencang karena kesunyian yang melanda mereka berdua.
"Anda sudah mendingan?" dengan bola mata yang meneliti luka-luka yang telah diperban pada beberapa bagian tubuh Naraka.
Walaupun sedikit terkejut, Naraka tetap menjawab pertanyaan dari pria yang telah menolongnya itu.
"Sudah mendingan kok kak." dan setelah Naraka memberikan balasan tersebut, hening kembali mendominasi diantara mereka berdua.
Setelah sekian menit hening, Naraka kini justru melontarkan pertanyaan yang sedikit....aneh? "Aku boleh tahu nama kakak nggak?" ucap Naraka demi mempersingkat kesunyian tersebut,
"Nama saya Jeksa Padika."tanpa basa-basi pria tersebut langsung saja membalas pertanyaan dari Naraka.
'Jeksa padika....loh itukan nama yang ada di diary pink Roana, berarti kak Jeksa ini mantan Roana dong. Berarti ini orang yang harus gue deketin gitu?' batin Naraka dengan bola mata yang berputar-putar ke berbagai arah.
"Anda kenapa?" tanyanya setelah melihat ekspresi kebingungan dari gadis yang sedang terbaring dihadapannya ini.