Aku percaya tak ada yang kebetulan. Semua telah tertulis dengan sempurna oleh pena sang Maha Mencinta. Segalanya telah ditentukan oleh Tuhan lewat skenario berbagai macam rupa, termasuk pertemuan dan perpisahan. Semua yang bertemu dan berpisah, dipertemukan dan dipisahkan tak pernah kebetulan. Itulah takdir. Ya, tak ada yang kebetulan termasuk siapapun kamu yang membaca novel ini, percayalah itu sudah menjadi takdirmu.
Takdir adalah perjalanan yang telah digariskan oleh Tuhan untuk dijalani, bahkan bila yang menjalaninya memutuskan berubah arah dalam perjalananya, merubah keadaan atau pilihannya, semua itu tak akan merubah takdir, hanya menjadikannya berpindah dari satu takdir ke takdir yang lain, termasuk dalam cinta.
Kahlil Gibran mengibaratkan, cinta itu bagai kupu-kupu yang mengepakkan sayapnya, hinggap kemanapun dia suka, mengambil atau memberi sari dari siapapun yang dia kehendaki, tapi menolak ditangkap apalagi disakiti. Dia abadi, bebas, tak terbatas oleh ruang, waktu atau sekat-sekat pembeda, terbang melayang-layang sepanjang zaman.
Sebenarnya kisah ini bukan tentang atau berasal dari aku dan kamu, bukan pula tentang orang lain, karena semua kisah adalah pengulangan semesta, berasal dari berbagai kisah serupa yang telah terukir sebelumnya, berakhir dan lahir kembali mengisi sang waktu. Mungkin kisah ini telah dialami oleh orang-orang yang berbeda zaman, ras, suku, budaya, bahasa dengan beragam macam narasi dan dialog, namun selalu memiliki kesamaan dalam hal rasa, itulah cinta.