Yang Tak Fana Adalah Cinta

Anditya
Chapter #5

4. Batang

Eksistensialisme memahami bahwa pemikiran filsafat bermula dengan subyek manusia, bukan hanya dalam berfikir, tetapi juga yang melakukan, yang merasa, dan yang hidup. Bahwa eksistensi mendahului esensi, yang berarti pertimbangan terpenting bagi seorang individual adalah bahwa mereka adalah individual, entitas yang bersikap dan bertanggung jawab secara independen dan sadar. Dia bukan label, peran, stereotipe, definisi, atau kategori lainnya.

"Benar, benar sekali itu, adinda," Dukung Mas Mus, "salah seorang filsuf Eksistensial yang kukenal, Soren Kierkegaard, berpendapat bahwa setiap individu bertanggung jawab untuk memberikan makna bagi hidup dan kehidupan-nya sendiri secara jujur,"

"Ah, apakah itu yang coba dijelaskan Albert Camus dalam bukunya, Caligula?"

"Ya, ya, mungkin itulah yang coba dijelaskan oleh lelaki yang mirip denganku itu, bahwa manusia harus menjalani kehidupannya sendiri, tidak bergantung kepada takdir,"

"Untuk itu aku nggak setuju, monsieur!" Ucap-mu Ra, "bukankah berusaha, yang dalam bahasa agama disebut ikhtiar, juga merupakan bentuk dari takdir? Bukankah ikhtiar itu adalah berpindah dari satu takdir ke takdir yang lain?"

"Benar, Ra, benar katamu. Ikhtiar yang coba dilakukan kedua orangtuamu dengan menyembunyikan dirimu di Widarakandang, ikhtiar yang dilakukan oleh Kangsa dengan ambisinya membalas dendam, dan ikhiyar yang coba dilakukan oleh Albert Camus dengan tidak menyerah pada kenyataan yang ada di depan mata-nya! Semua adalah bentuk usaha masing-masing untuk berpindah dari satu takdir ke takdir yang lain!"

Albert Camus menjalani kehidupan yang sulit, seperti Sembadra dan Kangsa, dalam kemiskinan, perang dan penyakit. Mungkin berbagai pengalaman itulah yang membekas pada karya-karyanya. Dia tercatat pernah bergabung dengan koran bawah tanah, Combat, yang mewartakan penderitaan manusia di tengah kecamuk perang dunia kedua.

"Bahkan saat ini aku juga sedang beriktiar, lho mas! Aku sedang berusaha untuk mengungkap siapa jati diriku,"

"Ya, dan aku pun begitu,"

"Lho, apa ikhtiar-mu mas?

"Aku sedang berikhtiar agar bisa menjadi kekasihmu, hehehe."

"Eh, aku juga lho!" Mas Mus tak mau kalah, "ikhtiar-ku yang mengantarkan pencapaian ku hingga di anugerahi Nobel bidang sastra!"

"Itu artinya setiap dari kita tak bisa lepas dari takdir kan, monsieur?"

"Ah, takdir, ngomong-ngomong soal takdir, tidakkah kamu penasaran dengan kelanjutan kisah takdir Kangsa?"

"Benar, mas, gimana kelanjutan kisah si lelaki itu?"

Berkat kesaktiannya, Gorawangsa mengubah bentuk fisiknya serupa Basudewa. Dia menyamar menjadi ayahmu, oh Ra, dia menyamar menjadi Basudewa dan menipu Maherah dengan mengatakan tak jadi kembali ke istana. Tindakannya itu disambut gembira oleh Maherah yang mengira Basudewa lebih memilih melindunginya dari Gorawangsa, oh Ra, dia tak tau bahwa yang sedang bersamanya itulah Gorawangsa. Tanpa disadari bulan madu antara keduanya pun seolah berlanjut.

"Bagaimana seseorang tega melakukan kebohongan demi cinta?"

"Itulah ikhtiar-nya, bukankah Gorawangsa sedang berpindah dari satu takdir ke takdir lainnya? Dia sadar tak akan pernah mendapatkan Maherah dalam wujud raja Guagra, sehingga dia berubah menjadi Basudewa!"

"Apakah Gorawangsa juga penganut Absurdis dan Eksistensialisme?" Tanya Mas Mus.

"Bisa jadi, mas, bisa jadi. Bukankah dia menolak untuk tunduk pada takdirnya, pada perannya sebagai lelaki yang tak akan dicintai Maherah, dia rela melakukan apa saja demi kebahagiaan semu, kebahagiaan yang kelak justru membuatnya menderita!"

Di sisi lain, Basudewa yang asli sampai di kediaman-mu, oh Ra, di istana Mandura, di sana dia ceritakan segala kisah yang telah dilewati, termasuk pernikahannya dengan putri begawan Kawita dari gunung Suweda. Kakek-mu, Prabu Kuntiboja begitu murka mendengarnya, kecewa berat dirinya kepada sang pewaris tahtanya itu. Namun seiring berjalannya waktu, sang prabu akhirnya menerima takdir itu, seperti kau menerima takdir sebagai anak asuh Antapoga dan Sagopi, dia perintahkan Basudewa untuk membawa Maherah ke istana, menjadi penerus ratu untuk negerinya.

"Tapi sayang perintah itu tak akan pernah menjadi kenyataan,"

"Kenapa begitu, mas?"

Lihat selengkapnya