28 Desember 2014, pukul sepuluh malam. Hujan hampir menenggelamkan seluruh kota. Tapi tak ada yang kaupedulikan selain harus segera sampai di halte. Jaket parasutmu masih agak kedodoran pada waktu itu. Kau diam-diam menyelinap keluar. Tapi kau tidak tahu, Ayah berdiri di balik terali jendela. Bahkan sebelum kau melesat pergi, Ayah berteriak memanggil Steven. Namun alih-alih Steven, Ibu dan Dianalah yang tergopoh datang dan menerima omelan ayahmu gara-gara kau menyelinap pergi. Ayah menyuruh agar siapa pun segera menyusul dan membawamu pulang. Akan tetapi tak seorang pun mau. Mereka lebih baik diomeli sepanjang malam ketimbang harus melawan hujan di luar sana.
June yang baru pulang dari luar negeri meneleponmu. Dia memintamu datang ke halte saat itu juga. Meskipun ia juga berkata hanya jika kau tak keberatan. Namun, kau tidak mungkin tidak menemuinya. Apa-apaan! Teriakmu di dalam kepala sepanjang jalan menuju halte.
Sesampainya di halte, kau melihat June tidak hanya sendirian. Selain datang bersama dua orang laki-laki yang ternyata adalah saudara sepupunya, June membawa seekor anak anjing yang belum memiliki nama. “Selamat Natal yang terlambat,” ucap June begitu kau tiba. Ia bahkan tak menghiraukan dirinya sendiri yang bagaimana pun tetap saja basah dan menggigil. Dan jas hujan transparan yang memperlihatkan Riyo di dalam pelukannya membuatmu ingin memarahinya habis-habisan. Tapi tak bisa. Kau tak bisa memarahinya gara-gara dua orang sepupu June bersikap sama hangatnya seperti June. Sambil membungkuk padamu—yang membuatmu agak risih, mereka berkata seperti halnya June, “Selamat Natal.” Kau, dengan agak ragu membalas ucapan natal mereka. Kemudian tanpa basa-basi, June mengeluarkan Riyo dan memberikannya padamu.
“Siapa namanya?” kau bertanya.
Sambil menggeleng dan mengulum senyum ceria, June membalas. “Aku belum memberinya nama.”
“Sebetulnya kami telah memberinya nama,” kata salah seorang dari sepupu June. “Tapi demi menghormatinya, kami tidak lagi menggunakan nama itu setelah ia mengambilnya dari kami dan berkata dengan jujur bahwa ia akan memberikannya padamu sebagai hadiah natal. Jadi, sekarang kau bebas memberinya nama siapa.”
Kau agak bingung. Tapi kau setuju bahwa sepupu June ada benarnya juga. Jadi kau berkata, “Ya. Aku akan memberinya nama. Tapi sekarang, aku tidak memiliki gagasan sama sekali.”
“Tidak harus sekarang, kan?” ujar June. “Kau bisa memikirkannya malam ini. Lalu memutuskannya besok.”
“Ya.”
Tapi, kau baru bisa menemukan nama yang cocok setelah empat hari. Meskipun kakak dan kakak iparmu ikut memberikan usul, tapi kau merasa tak cocok dengan semua usulan itu. Bahkan setelah beberapa waktu Steven memanggilnya Danny, kau tak kunjung memutuskan nama itu yang akan kauberikan padanya.
Ada beberapa nama yang kau pikirkan semenjak kau membuka jaketmu dan kaugunakan untuk membungkus Riyo. Beberapa di antaranya termasuk Pluto, Orens—sesuai dengan warna jaketmu, Koda—kebalikan dari kado. Ada juga Hades. Lalu, Phoenix. Yang paling memungkinkan adalah Milo, seperti nama tokoh anjing dalam film favoritmu, The Mask. Kemudian Padfoot, animagus Sirius Black, karakter kesukaanmu dalam cerita Harry Potter.
Nama Riyo melintas begitu saja saat kau dalam perjalanan pulang. Kau berpikir agak keras untuk memberi nama apa sewaktu kau melihat June di halte dan kalian naik bis bersama-sama. Dan saat June bertanya apakah kau sudah memiliki nama, kau mengangguk sambil tersenyum.
“Riyo. Pakai Y.”
“Itu nama yang cocok.”
“Jadi kau tidak keberatan? Sejujurnya, aku juga ingin mendengar pendapatmu. Bagaimana pun, kukira kau pasti memiliki gagasan untuk memberikannya nama juga.”
“Mana mungkin sih aku keberatan? Nama itu sangat cocok. Sesuai dengan negara asalnya.”
“Ya, memang. Tapi bagaimana pun, nama itu belum resmi. Masih bisa diganti. Seperti yang aku bilang, aku ingin mendengar pendapatmu.”
“Kau ini. Jelas kau tak memerlukan pendapatku. Anjing itu mutlak milikmu sekarang. Kau bebas menamainya siapa saja. Aku sama sekali tak akan keberatan. Lagi pula, nama yang kauberikan sudah pas. Riyo nama yang cocok untuk anjing laki-laki. Cukup simpel. Tapi sangat berkesan. Dan lagi, sangat tidak digagah-gagahkan.”