Yang Terjadi Setelah Kita Menikah

barabercerita
Chapter #3

DUA

Pada pagi hari, sebuah mobil taksir berhenti di depan rumah Maya dan Ardi. Seorang perempuan tua bernama Mirna menarik koper keluar dari mobil taksi itu.

Diseretnya koper itu masuk ke pekarang rumah, lalu mengetuk pintu rumah itu dengan pelan. Beberapa kali ketukan tak ada jawaban, dia pun menaikkan volume ketukannya sampai seperti orang yang menggedor.

Dari dalam terdengar orang menyahut ketukan itu seolah memintanya berhenti. Lalu suara kunci pintu diputar dan pintu ditarik kebelakang.

Ardi yang hanya mengenakan kaos polos dengan celana pendek sebatas paha, terkejut melihat orang yang ada di sana. Rasa kantuknya hilang begitu saja.

"Lho, Mama kok udah datang jam segini." Begitu kata Ardi saat mengetahui sang mama sudah datang sepagi itu.

"Nanti saja tanyanya, ini bawakan dulu koper Mama," ucap Mirna, lalu menyerahkan koper itu pada Ardi.

Ardi mengangguk pelan lalu mengambil koper itu. Mirna masuk begitu saja tanpa diminta Ardi. Itu pertama kalinya Mirna datang ke rumah Maya dan Ardi setelah mereka menikah selama tiga bulan.

Kini Mirna menatap ruang tamu rumah minimalis itu. Diedarkannya matanya sekeliling sana, tak ada yang istimewa. Kosong, hanya dinding yang dicat putih, bahkan belum diganti sejak membeli.

Satu foto dengan ukuran 20 yang memperlihatkan saat Ardi dan Maya menikah.

"Mana istrimu?" tanya Mirna kemudian.

"Masih tidur, Ma. Nanti jam enam biasanya bangun dia," jawab Ardi.

"Segini kok masih tidur. Gini kalau kamu nikahin Putri kerajaan manja banget, harusnya jam segini bangun, bersih-bersih rumah, masak buat suami." Perkataan Maya mulai mengelayap. Ardi hanya bisa mengembus napasnya.

"Nanti juga bangun sama masak kok, Ma. Ardi juga nggak buru-buru kerja."

Mirna mengabaikan ucapan Ardi, lalu dia berpindah tempat darin sana dan seolah mengelilingi ruangan di rumah itu. Ardi hanya mengekor sang mama seperti anak ayam yang mengikuti induknya.

Maya yang masih tidur mendengarkan suara-suara berisik di telinganya mulai terganggu, tidak seperti biasanya. Saat tangannya meraba ke samping Ardi juga tidak ada, sepertinya sudah bangun lebih dulu.

Maya lalu mendudukkan tubuhnya, sambil mengumpulkan serpihan nyawa yang berserakan saat tidur tadi. Sekali-sekali dia mencoba mendengarkan suara gaduh tadi, tetapi tak ada lagi.

Kini dia berjalan keluar kamar, memeriksa keadaan takut-takut jika terjadi hal yang tidak diinginkan di rumahnya yang juga menimpa suaminya.

Saat berada di luar kamar Maya tidak menemukan Ardi, tetapi saat dia ingin melangkahkan kakinya dia melihat seseorang perempuan dan Ardi di belakangnya. Maya dan perempuan yang tak lain mertuanya beradu mata, lalu Maya hanya diam saja, sementara mertuanya menyadarinya. Menatap Maya kini dengan tatapan yang entah apa maksudnya.

Maya lalu berjalan mendekati dengan perlahan, setelah itu mengulurkan tangannya yang disambut sang mertua dengan sedikit keras.

"Mama kok pagi-pagi udah datang?" tanya Maya kemudian.

"Kenapa? Nggak boleh aku datang pagi-pagi? Harus siang saat kalian semua kerja begitu?" Pertanyaan Maya malah ditanya balik oleh Mirna.

"Enggak gitu Ma, kalau Mama datang siang pun kan bisa telpon kita, biar aku nanti yang jemput atau Mas Ardi izin sebentar," kata Maya.

"Udahlah Maya, Mama ini masih bisa datang sendiri ke sini, ngerti jalan biarpun baru pertama ke rumah kalian ... Ardi bawa koper Mama ke kamar, Mama mau lihat-lihat dulu." Begitu kata Mirna.

Ardi mengindahkan ucapan sang mama lalu membawa koper itu ke tempat tidur yang sudah disediakan Maya dan Ardi sebelumnya.

"Maya, Mama mau sarapan. Kamu masakin ya, sekalian Mama mau tau apa sang putri ini bisa masak supaya Mama makin yakin kalau kamu bisa ngurus Ardi dengan baik," sambung Mirna.

Maya tak menjawab dengan kata-kata, dia hanya mengangguk saja lalu bergi dari sana untuk membersihkan diri meskipun hanya sekedar mencuci wajah saja.

Sebenarnya Maya sedikit jengkel dengan apa yang dikatakan mertuanya, baru beberapa menit datang sudah mengeluarkan kata-kata yang begitu menyebalkan.

Benar saja apa yang selama ini Maya pikiran kalau mertuanya tidak seramah yang dia pikir, harusnya dia berhati-hati sejak awal, tetapi rencana sampai kedatangannya begitu mendadak, jadi dia tak ada persiapan apapun.

Apalagi saat ini mertunya meminta dia memasak untuk sarapan, masakan apa yang harus dia hidangan, yang bisa dia masak hanya nasi goreng, roti bakar dan bubur saja. Pasti nanti akan dikomplain karena rasanya yang tidak enak.

Kini Maya membuka ponsel pintarnya mencari resep masakan untuk sarapan di internet, mungkin sebuah menu baru yang akan mulai dia coba kali ini.

Lihat selengkapnya