Kadang, ada sebagian ibu yang tak mau anak laki-lakinya jatuh cinta pada perempuan lain.
***
Semenjak olahraga bersama hari itu, seolah Mirna dan Maya menjadi dekat. Meski pun perlakuan dan perkataan Mirna tidaklah berubah.
Maya yang kini mencoba mengakrabkan diri dengan mertunya, beberapa kali dia berpikir apa yang dikatakan Mirna itu ada benarnya, dia tak harus menutup dirinya. Mungkin selama ini dia yang terlalu berpikir berlebihan dengan kedatangan Mirna.
Namun, kemudian ada beberapa kali kelakuan Mirna kadang memojokkan Maya, dan mulai membandingkan dirinya dengan istri Danu yang lebih baik dari segala hal.
Maya pantas cemburu untuk itu, tetapi terus dia tahan karena tak enak dengan Ardi. Apalagi saat mengatakan itu Ardi tak ada di rumah, Ardi tak melihat dan mendengar langsung perlakuan sang ibu.
"Ini Mama masak taoge, sayur bayam sama kerang-kerangan, katanya sih bagus buat kesuburan organ dalam," kata Mirna pada suatu malam saat mereka tengah menikmati makanan.
Maya tersedak sesaat minumannya saat mendengar apa yang dikatakan mertuanya. Dia mencoba memahami apa maksud dari "makanan kesuburan." Sementara itu Ardi yang melihat Maya, menangkap ada yang tidak beres bagi sang istri.
"Apa sih, Ma. Ardi sama Maya kan subur banget, kami udah periksa kedokteran bulan kemarin. Lagian kami kan baru nikah empat bulan," ucap Ardi kemudian.
"Mama cuma mencoba membantu ikhtiar, apa salahnya? Lagian pas Mama dinyatain hamil Danu, Mama sama Papamu baru nikah sebulan lho. Salah satunya karena makan-makanan ini resep Nenekmu." Begitu kata Mirna seolah dia tak mau dikatakan kalau dia menyindir Maya yang belum hamil.
Maya tak yakin ingin berkata apa karena dia merasa tak ada yang salah dengan dirinya. Mirna tak langsung mengutarakan niatnya, jika dia marah maka Mirna bisa beralibi jika Maya tersindir dan merasa.
Maka dari itu Maya hanya menikmati makanan yang tersedia, dari pada sibuk memikirkan apa maksud dari mertuanya itu.
"Ma, besok pagi Ardi mau dinas keluar kota mungkin dua atau tiga, jadi Mama sama Maya di rumah berdua, Nggak papa, 'kan?" kata Ardi kemudian.
"Mama sih nggak apa-apa, asal Maya selesai kerja langsung pulang, jadi malam-malam udah di rumah," ujar Mirna.
"Nanti selesai kerja Maya langsung pulang kok, Ma ... Lagian Ardi udah nyuruh orang buat mantau tiap malam nanti," ucap Ardi sambil mengulas senyumnya.
Mirna menatap Maya sekilas lalu dia pun tersenyum. Seolah ada yang dia pikirkan, atau mungkin itu hal yang baik baginya karena Ardi akan pergi dan hanya dia serta Maya saja yang berada di rumah.
Ketiganya menikmati makan malam itu bersama.
Keesokan paginya setelah Ardi pergi berpamitan untuk dinas keluar kota seperti yang dia katakan, Maya pun juga pergi ke butiknya. Meninggalkan Mirna seorang diri di rumah.
Sebenarnya itu hal yang biasa Mirna lakukan pergi atau tidaknya Ardi keluar kota. Dia menikmati masa tuanya tinggal di sana, hal yang lebih dia senangi. Dari pada harus berada di rumahnya yang ada di Bandung, seorang diri.
Dia merasa kesepian tinggal seorang diri, anak-anaknya sudah dewasa semuanya meskipun satu orang belum menikah, tetapi cepat atau lambat Tami pasti akan berkeluarga juga, mengingat dia seorang perempuan.
Sebenarnya dia bisa saja tinggal dengan Danu dan istrinya, serta kedua anak mereka, tetapi entah kenapa baginya itu terlalu bising. Dia merasa sudah lelah mengurus tiga anak seorang diri sejak ditinggal suaminya, kini Mirna tak ingin lagi mengurus cucunya selama itu.
Makanya dia lebih memilih untuk tinggal bersama Ardi dan istrinya karena dia tahu jika keduanya tak mungkin menolak, selain itu tempat tinggal mereka cukup strategis, tidak begitu ramai apalagi bising.
Mirna bisa menikmati itu semua di usianya yang sudah tua, dan di waktu-waktu dia menunggu Tuhan menjemputnya. Dia sudah merasa siap dengan semua itu, tetapi sebelum dia pergi rasanya dia ingin meyakinkan dirinya bahwa anak-anaknya akan bahagia.
Salah satu caranya membimbing mereka semua, termasuk apa yang dia lakukan pada Maya. Dia sadar jika apa yang dia katakan pada Maya sedikit keras, bahkan terkesan seperti tidak yakin Maya bisa mengurus anaknya, tetapi dia hanya meyakinkan semua itu bahwa menantunya bisa menjaga anaknya.
Meskipun sebenarnya dia tidak seharusnya ikut campur dalam rumah tangga anaknya, tetapi ada rasa yang berbeda dalam dirinya terhadap anak laki-lakinya yang tinggal dan hidup bersama dengan perempuan lain.
Kini sambil menikmati waktu, Mirna duduk di ruang tamu. Saat ponsel pintarnya berbunyi, satu panggilan masuk dari Danu.
Mirna mengangkat panggilan itu, saat Danu langsung berbicara.
"Ma, Danu ada kerjaan di dekat situ. Nanti sore setelah selesai kerja, Danu sama Anna mampir ke situ." Begitu kata Danu.
"Tapi Ardi lagi nggak di rumah, dia dinas keluar kota," ucap Mirna.
"Danu tahu kok, Ma. Ardi udah bilang tadi ... Yaudah Ma, nanti Danu telpon lagi kalau udah menuju ke sana."
Mirna hanya menjawab-iya, setelah itu dia pun mematikan kembali ponselnya. Menutup ponsel itu dan mengalihkan pandangannya ke televisi yang menampilkan acara gosip pagi.
Sementara itu di tempat berbeda, Maya masih sibuk mengurus kliennya. Calon pasangan suami-istri yang tengah fitting baju.
"Gimana, Kak?" tanya Maya meyakinkan kliennya.