Setiap hari rutinitas yang di laluinya demikian adanya, bagaimana tidak membosankan? Terkadang Yumna hanya ingin hidup normal seperti orang lain. Bekerja, berinteraksi, berteman, ada kalanya saling becanda. Namun nyatanya lingkungan pekerjaannya tidak memungkinkan. Helaan nafas panjang dan langkah terseok setiap harinya ia lalui saat pulang ke kosan. Setidaknya ada tempat dimana dia tidak harus berpura-pura dan menumpahkan kekesalannya. Merebahkan badan dan menangis mengadu pada sang pencipta.
"Kenapa aku? Kenapa harus aku ya Allah?" itu yang selalu Yumna ucapkan, pertanyaan yang selalu muncul dalam benaknya di sela waktu dan do'a panjangnya. Dan sampai saat ini Yumna masih menunggu jawaban yang entah kapan akan terjawab.
🔹🔹🔹
Saat sudah bosan dan bingung apakah harus dilakukan, pulang menjadi tempat melepas lelah dan kegundahanan. Cuti bulanan sudah ada di depan mata, Yumna segera memesan tiket melalui aplikasi untuk pulang ke rumahnya.
"Pulang lebih baik, setidaknya aku bisa melihat wajah bunda dan ayah" gumam Yumna di sela memesan tiket melalui aplikasi di handphonenya.
Pekerjaan menumpuk dan harus lembur setiap hari membuat badannya semakin ringkih saja. Maka setiap waktu liburan tiba, dia ingin pulang ke rumah di Malang hanya untuk melepas rindu. Setidaknya semangatnya akan kembali setelah bertemu dengan bunda dan ayahnya.
Keesokan harinya . . .
'ttuuuuut tuuuuuttt' suara kereta terdengar tanda kereta yg datang atau pergi di stasiun.
Pagi-pagi buta selepas subuh Yumna sudah berada di stasiun kota Surabaya, ya pagi ini yumna berencana pulang ke rumah orang tuanya di kota Malang.
"Ini pak" dia menunjukaan tiket dan kartu identitasnya kepada petugas yang berjaga.
"Bruuuk, aaaa" suara sesuatu terjatuh. Ya benar saja karena terburu-buru takut ketinggalan kereta akhirnya Yumna menabrak pintu masuk. Padahal jam masih menunjukan pukul 04.50 sedangkan kereta baru akan berangkat pukul 05.10 WIB.
'Haaaah untung masih pagi gak ada orang, haahaa' batin Yumna.
Sedang diseberang sana ada yang terkekeh melihat Yumna terjatuh menabrak pintu, namun merasa kasihan. Seorang yang sedang duduk di kereta samping jendela memerhatikan Yumna dari masuk hingga akhirnya menghilang masuk ke gerbong kereta.
Penampilan Yumna saat ini terlihat berantakan hanya kerudung instan, jaket, sendal jepit dan memakai masker. Yumna termasuk gadis yang selalu cuek dengan penampilannya, apalagi masih terlalu pagi untuk sekedar memakai lipstik. Dia juga gadis mandiri yang tidak peduli meski kemana-mana seorang diri. Bahkan ketika dia bosan, tak jarang untuk pegi ke mall, toko buku, atau kuliner seorang diri.
Pagi itu, dia berencana untuk pulang ke rumah orangtuanya yang berada di Malang menggunakan kereta seperti biasa. Entah kenapa kereta dan stasiun menjadi tempat favoritnya beberapa tahun belakangan ini.
Ya, sudah beberapa tahun ini Yumna merantau ke Surabaya untuk bekerja dan belum sempat pulang beberapa bulan karena pekerjaannya.
* Di dalam gerbong kereta...
'16D kan? bukankah ini tempat dudukku? kok ada orangnya si?' batin yumna dengan kesal karena tempat itu sudah ia pilih melalui aplikasi.
'Sengaja pesan samping jendela malah dipake orang, huuuhhh. Mana ngantuk pula, sapa enggak ya? Kok nggak peka banget si udah jelas dari tadi aku berisik malah diem aja' batin Yumna dengan kekesalannya karena tempat favoritnya sudah diisi orang, lebih tepatnya bangku pesanannya. Orang itu menghadap ke jendela dan mendengarkan musik, tak menyadari kedatangan yumna. Akhirnya Yumna mengalah dan duduk disebelahnya.
Karena hari masih terlalu pagi, Yumna pun memasang headset dan memejamkan mata lagi. Saat terbangun, dia merasa ada sepasang mata memperhatikannya. Yah benar saja, orang yang duduk disebelah melihat ke arahnya. Tanpa sadar ternyata Yumna menyenderkan kepala dibahu orang itu karena tertidur.
"Oh maaf, aku tidak sengaja" Yumna mengawali pembicaraan.