Blurb
"Belis" merupakan adat-istiadat orang Sumba untuk menghargai martabat perempuan. Namun, jika belis didahului praktik "yappa maradda" (kawin tangkap atau kawin culik ialah pernikahan paksa dengan menculik perempuan meskipun ia dan keluarganya menolak), masihkah martabat perempuan dari belis yang disepakati bernilai sama?
Sudah menjadi kodrat perempuan Sumba untuk bersikap pasif, tunduk pada laki-laki, dan mengurus rumah tangga. Namun, tidak demikian bagi Saba. Mahasiswa semester akhir itu merasa bahwa perempuan memiliki hak yang sama untuk menjadi hebat. Sayangnya, kepulangannya ke Sumba untuk mencari bahan pembahasan skripsi justru berujung pada nasib buruk. Setelah kehilangan sahabatnya yang menjadi korban "yappa maradda", dirinya pun menjadi target praktik "yappa". Mampukah Saba melawan penindasan atas martabat perempuan?