“ Gil . . . apa yang sedang kamu lamunkan ?” tanya Rafa dengan menepuk bahu Gil.
“ Tidak . . . hanya teringat beberapa kenangan lama . . “ jawab Gil.
“ Baiklah kalau begitu. Selesaikan dengan cepat pemotretan hari ini, maka kamu juga bisa pulang dengan cepat. “ kata Rafa.
Dua jam sudah pemotretan berlangsung dan begitu selesai, Gil langsung mengganti pakaiannya dan segera pulang menuju rumahnya.
“ Ada apa denganmu hari ini ?” tanya Rafa.
“ Aku baik – baik saja. . . “ jawab Gil.
“ Benarkah ?” tanya Rafa memastikan.
“ Iya. . . aku baik – baik saja. “ jawab Gil meyakinkan Rafa.
“ Baiklah kalau begitu beristirahatlah sekarang . . . “ jawab Rafa.
“ Jadwalku besok ?” tanya Gil.
“ Oh besok. . hampir saja aku lupa. . .pemotretan di pantai. Besok kamu akan satu pemotretan dengan Ruka. Harusnya kamu senang bisa bertemu satu proyek dengannya setelah sekian lama. “ jawab Rafa.
“ Ahh. . . aku sempat melupakannya. “
“ Tidak biasanya kamu melupakan hal penting terutama yang berhubungan dengan Ruka?” tanya rafa.
“ Aku hanya sedang banyak pikiran saja. . . dan juga sebelumnya Ruka hyung sempat mengirimiku pesan bahwa kami akan satu proyek bersama. . .aku benar – benar melupakannya.” Jelas Gil.
“ Baiklah istirahatlah kalau begitu. . . besok pagi – pagi aku akan menjemputmu dan menyiapkan segalanya.” Jelas Rafa.
“ Tunggu sebentar . . . pantai mana yang jadi lokasi pemotretan ?” tanya Gil menghentikan langkah Rafa yang hendak pergi.
“ Pantai terdekat dari sini. . aku lupa namanya . . tapi seingatku kamu sudah ke pernah ke sana . . “ jawab Rafa.
“ Aku tahu pantai mana yang dimaksud.. . . baiklah kalau begitu hati – hati di jalan hyung.” Jawab Gil.
Setelah Rafa, managernya pergi Gil berjalan menuju bagian terdalam dari kamar miliknya. Kamar yang bahkan siapapun kecuali dirinya tidak ada satu pun yang boleh memasukinya. Pintu kamar itu berada tepat di belakang lemari pakaiannya. Dengan menekan bagian dalam dari lemari pakaiannya, pintu menuju kamar itu baru bisa terbuka.
Kamar itu berukuran sepertiga dari kamar milik Gil. Bukan kamar yang besar dan memang sejak awal tidak berniat untuk ditinggali oleh Gil. Namun terkadang Gil menghabiskan harinya di sana ketika sedang suntuk atau ada yang mengganggu pikirannya, di dalam kamar itu terdapat beberapa rak tempat hadiah dari beberapa penggemarnya. Akan tetapi, yang jadi pusatnya adalah sebuah pigura kecil di tengah ruangan yang berisi sebuah photo polaroid dengan gambar dirinya.
Gil memandangi foto itu dengan seksama.
“ Entah kenapa akhir – akhir ini aku sering sekali berkunjung ke tempat di mana kita pernah bersama? Dan setiap ke tempat itu aku selalu mengingatmu. . . apakah setelah ini kamu akan muncul lagi di hadapanku?” gumam Gil.
Perlahan air mata Gil menetes membasahi pipinya. Gil mengusap air matanya.
“ Lihat . . . . gara – gara dirimu sudah berapa kali aku meneteskan air mata. . . saat kamu kembali kami harus bertanggung jawab. . “ kata Gil masih dengan memandang foto yang sama.
Pagi harinya . . .
“ Kita sudah tiba. . . “ kata Rafa sembari menepuk bahu Gil.
Gil terbangun dan melihat ke arah jendela. Pemandangan pantai terhampar di pinggir jalanan. Selama perjalanan menuju pantai Gil tertidur sebab semalam Gil tidak bisa tidur dengan nyenyak karena perasaan rindunya begitu menghantui.
“ Pantai ini masih sama bahkan setelah dua tahun berlalu . . “ jawab Gil.
“ Baiklah . . . setelah ini kita akan turun dan segera bersiap – siap. Pengambilan gambar nantinya pengambilan gambar ketika kamu bermain menggunakan papan seluncur, motor boat dan di tepi pantai.” Jelas Rafa.
“ Sepertinya akan jadi menyenangkan . . “ jawab Gil dengan penuh senyuman.
Tantangan selalu jadi hal yang menarik bagi Gil. Semua orang tahu akan hal itu baik managernya, kru yang pernah bekerja dengannya, orang tuanya, Ruka dan seseorang pernah dekat dengannya, Nina.
Begitu turun dari mobil, Gil menghampiri para kru memberi salam tak lupa juga memberi salam pada Ruka sebagai teman dan juga orang yang dianggapnya sebagai kakak.
“ Lama tak bertemu, Gil.” Sapa Ruka.
“ Lama tak bertemu, hyung “ sapa Gil balik.
“ Bagaimana kabarmu ?” tanya Ruka.
“ Aku baik – baik saja, bagaimana dengan Hyung ?” tanya balik Gil.
“ Aku juga baik – baik saja. “
Setelah saling menyapa Gil dan Ruka bersiap – siap untuk sesi pemotretan dann pengambilan gambar ketika bermain seluncur dan saat mengendarai motor boat. Pemandangan ketika Gil dan Ruka berada di proyek menarik beberapa penggemarnya hingga datang ke lokasi dan berteriak memanggil nama Gil dan Ruka.
Syuting berlangsung dari pagi hari hingga sore hari. Memakan waktu yang cukup lama dikarenakan beberapa penggemar Gil dan Ruka yang sedikit tidak bisa diatasi.
“ Kamu tidak pergi ?’ tanya Ruka.
“ Sebentar lagi. . . aku ingin menghabiskan waktu sebentar lagi di sini . . “ jawab Gil.
“ Kamu pasti mengingat Nina ?” tanya Ruka.
“ Akhir – akhir ini sedikit lebih sering. . . beberapa kali karena lokasi syuting selalu berada di tempat di mana aku dan Nina pernah bertemu. “ jawab Gil.