Yes or No

Nuna Iu
Chapter #4

Kenapa

***


Kenapa


***


Luna baru saja pulang sekolah. Dari arah pintu masuk sudah tercium bau masakan, membuat ia ingin segera masuk dan mengisi perutnya. Dengan langkah cepat Luna masuk, berjalan ke arah dapur.


Ia melihat berbagai macam hidangan di atas meja makan dengan tatapan bingung.


"Mbak, Mama belum pulang?" tanya Luna meletakkan tasnya di atas meja makan. Yuli sedang membereskan dapur. Kebetulan ia baru saja masak cukup banyak atas perintah Mamanya Luna.


"Bentar lagi katanya Lun, kenapa?" tanya Yuli serius. Sedikit menoleh pada Luna, lalu kembali fokus pekerjaannya. Luna menggeleng sedikit. Ia hanya ingin tahu.


"Ini buat apaan?" tanya Luna lagi. Tak biasanya.


"Katanya Ibu buat teman-temannya yang mau datang ke sini, Mbak juga enggak tau." Yuli mengangkat kedua bahunya. Ia juga bingung. Sudah lama ia tidak masak banyak seperti ini.


"Pasti teman yang kemaren itu lagi." Tebak Luna kesal. Luna bisa menebak siapa lagi kalau bukan teman-teman Mamanya yang membuat ia cukup pusing kepala itu.


"Kayaknya iya Lun. Tadi dia telepon, katanya mereka bentar lagi datang." Jelas Yuli serius. Luna menggaruk kepalanya. Ia memandang masakan itu datar. Hal yang paling tidak ia sukai dari Mamanya. Selalu menghabiskan uangnya hanya untuk menarik teman-temannya. Dan juga membeli beberapa barang mahal untuk diberikan keteman-temannya itu. Dulu, Luna sempat bertengkar sama Mamanya, soal Mamanya membelikan sepuluh orang temannya tas. Tas itu juga tergolong mahal. Dan itu terjadi dua bulan yang lalu, cukup belum lama.


"Selain makanan ini, Mama beli apalagi tadi?" tanya Luna serius. Yuli terdiam sejenak. Mencoba mengingat apa yang dibeli majikannya itu.


"Tadi sih enggak ada Mbak, lihat? Tapi tunggu?" Yuli mencoba mengingatnya.


"Mbak ingat, kemaren Ibu pesan jam, udah ada di kamarnya. Lihat aja." Ucapnya serius Sambil mengangguk, membenarkan.


Luna langsung berdiri, berlari ke kamar Mamanya, membuka pintu kamar itu. Melihat tumpukan jam merek terkenal di sana. Ada sekitar sepuluh kotak jam. Luna menatapnya dengan tatapan jengkel. Sudah jelas Mamanya membelinya dengan harga mahal dan hanya untuk diberikan cuma-cuma untuk temannya.


"Ma, kapan berubah sih. Kita udah enggak kayak dulu lagi." Batin Luna kesal. Suara langkah kaki menuju kamar Mamanya membuat Luna sontak berdiri, ia mundur.


"Luna, Ibu di depan, ayo keluar." Suara Yuli spontan membuat Luna bernapas lega, berjalan cepat ke pintu masuk dan keluar, melihat Yuli menatapnya serius.


"Ibu udah pulang, nanti dimarahi lagi." Ajaknya menarik tangan Luna untuk segera menjauh, setelah Luna menutup rapat pintu kamar itu.


"Iya Mbak, Mama beli jam. Buang-buang uang lagi."Ucapnya kesal Yuli hanya mengangguk sedikit, melihat ke arah pintu masuk. Mamanya muncul diikuti delapan orang temannya. Luna dan Yuli menatapnya serius.


"Eh, sayang udah pulang." Sapa Mamanya ke arah Luna. Luna mengangguk sedikit dan memilih mundur, lalu beranjak ke kamarnya.


Ia pikir Mamanya akan berubah setelah Papanya pergi, setelah keuangannya memburuk. Tapi ternyata tidak, Mamanya tidak berubah, bahkan masih suka menghabiskan uang untuk hal yang tidak berguna, seperti sekarang.


"Lun, ikut makan sayang." Teriakan Mamanya dari arah pintu membuat Luna menoleh. Menghentikan langkahnya.


"Aku masih kenyang Ma, nanti aja. Mau belajar dulu." Sahutnya asal, beranjak menuju kamarnya, masuk dan mengunci kamarnya.


Luna menarik napas berat dan menghembus perlahan, meraih earphone di atas laptopnya, lalu mencolokkan di ponselnya. Agar ia tidak mendengar apa saja yang dibicarakan oleh Mamanya dan temannya. Ia benci jika Mamanya membawa banyak teman ke rumahnya.


Luna mencoba fokus, menghilangkan pikirannya tentang Mamanya, mengulang kembali pelajaran di sekolah tadi. Beruntung Luna kembali semangat. Tapi fokusnya buyar saat musik di telinganya berhenti, diganti dengan suara dering ponselnya. Nama Kak Putri muncul. Alis Luna terangkat, ia menatap layar ponsel itu datar, berpikir sejenak. Apa yang membuat Putri menelponnya. Padahal kan ada Ibunya.


Luna menggeser layar jawab, menempelkan benda itu di telinganya.


"Hallo Lun, kamu di mana? " Suara Putri terdengar jelas di telinganya.


"Rumah kak, kenapa?" tanya Luna serius.


"Ibu ada di rumah, tadi Ibu bawa semua uang toko, Kakak jadi susah buat ini,"


"Jadi, Luna bklangin yah, soalnya nomor Ibu nggak aktif." Jelasnya serius. Luna menggigit bibirnya, ia makin dongkol, fokusnya buyar.


"Iya Kak. Aku bilangin, nanti Aku kabari lagi." Ucap Luna serius, meletakkan ponselnya di atas meja belajarnya, berdiri, lalu berjalan ke arah pintu kamarnya, membukanya dan keluar.


Berjalan ke arah ruang tengah, menemukan Mamanya sedang tertawa bahagia bersama teman-temannya.


"Ma!" pangil Luna mendekat, spontan Mamanya menoleh, melihatnya serius.


"Iya Lun, apa?" tanya Mamanya bingung.


"Kak Putri," Luna memotong ucapan saat Mamanya menatapnya aneh, dan langsung berdiri. Ia mengerti kesalahannya. Menarik tangan Luna untuk segera menjauh.


"Apa Lun?" tanya Mamanya serius.


"Kak Putri minta uang kembalian."Jelasnya serius. Mamanya menarik Luna masuk ke kamar, mengambil tasnya, mengambil dompetnya, mengeluarkan sebuah kartu ATM dari sana. lalu menyodorkan ke arah Luna.

Lihat selengkapnya