Yes or No

Nuna Iu
Chapter #6

Tentang kehilangan

***


Selamat Membaca


***


Fandu baru saja tiba di sekolahnya. Memarkir mobilnya di parkiran sekolah. Lalu berjalan ke arah tangga menuju kelasnya. Tio muncul dan menepuk pundaknya. Membuat Fandu sontak menoleh serius. Mendapati sahabatnya itu tersenyum padanya.

"Ntar malam main futsal yuk. Otot gua udah kaku nih." katanya meregangkan otot ototnya di samping Fandu.

"Setelah gua pulang les bisa deh." sahutnya cepat. Tio mengangguk mantap.

"Oke, gua kabarin yang lain. Awas jangan ke klub duluan lo." katanya pada Fandu yang kini mengangguk saja. Menurut ucapan sahabatnya itu 

"Eh Luna. lagi sama Irwan tuh." Tio berkata sambil melihat ke lantai bawah membuat Fandu ikut menoleh serius. Dan detik berikutnya Tio tertawa keras. Fandu memejamkan matanya, menyadari sesaat kalau Tio sudah membohonginya. Sialnya, ia tertangkap basah.

"Ternyata bener tebakan gue. Lu suka sama Luna." katanya tertawa lagi. Berjalan cepat meninggalkan Fandu yang kini memasang muka super kesal ke arahnya.

"Sialan lu." Fandu berlari kecil menyusul Tio dan merangkul leher Tio kuat. 

"Gila, sakit. Oke. Oke aman, nggak bakal gua kasih tahu siapa-siapa kok. Soal ini. Tapi gua butuh uang tutup mulut." katanya menyodorkan tangannya pada Fandu yang kini memasang muka makin kesal pada Tio. Detik berikutnya ia melepaskan rangkulan itu. Ia tidak peduli.

"Gue nggak peduli, mau lo umumin di ruang informasi pun gua nggak masalah." katanya tersenyum samar. Berjalan masuk ke dalam kelasnya. Diikuti Tio tertawa kecil.


"Oke bakal gue umumin." balasnya cepat. Dan Fandu tidak peduli itu. Bodoh amat soal itu.

*** 

Luna menggaruk kepalanya bingung. Buku matematika latihannya hilang, padahal tadi sebelum pergi ia memasukan ke dalam tasnya. Dan sekarang buku itu menghilang. Dan buku itu juga di tulis tugas tadi malam.

"Kenapa Lun?" Dina yang sedari tadi melihat, akhirnya angkat bicara, melihat kebingungan Luna sejak tadi.

"Buku latihan Matematika gue ilang. Tadi perasaan gue bawa deh. PR gue juga di sana lagi." omelnya kesal. Menghempaskan bokongnya di atas bangku. Memasukan kembali buku-bukunya ke dalam tas.

"Kok bisa, lo lupa kali Lun." kata Dina serius, Luna menggeleng. Ia jelas-jelas memasukan buku itu ke dalam tasnya tadi. Mana mungkin ia lupa, toh, selama ini Luna tidak pernah lupa soal bukunya, apalagi ada PR di sana. Luna bukan orang seperti itu.

"Gue bawa tadi, gue juga enggak tahu kenapa bisa ilang." sahutnya manyun, buku itu hilang begitu saja saat ia dari perpustakaan. Ia sudah jelas membawa buku itu tadi, tapi malah hilang. Mau tidak mau ia harus mengerjakan kembali PR itu di buku lain.

"Gue pinjam soal lo dong Din." ucapnya ke arah Dina, Dina mengangguk, menyodorkan buku itu ke tangan Luna.

Ia harus mengerjakan tugas itu sebelum bu Ira masuk. Bu guru yang dikenal cukup galak itu, dan rela bermasalah jika ada siswa yang tidak mengerjakan PR di rumah.

"Cepat, nanti keburu masuk lagi." kata Dina serius. Luna mengangguk serius. Ia juga tidak ingin bermasalah disaat seperti ini. Disaat banyak masalah. Bisa jadi nilainya makin anjlok.

Disaat bersamaan Anggun masuk, melihat Luna bingung. Tak biasanya, bukan?. Luna mengerjakan tugas disekolah seperti ini.

"PR lo belum siap Lun?" tanyanya serius. Luna mengeleng sedikit masih fokus pada tugasnya.

"Buku gue ilang, lo lihat nggak." jelasnya serius, sambil fokus ke soal itu.

"Oh, buku lo. Tadi gue lihat diambil Tiva deh." jelasnya spontan membuat Luna menghentikan nulisnya. Tiva sudah keterlaluan, bagaimana bisa cewek itu mengambilnya tanpa bilang terlebih dahulu.

"Cek gih, di tasnya." usul Dina cepat Luna berdiri, berjalan ke arah bangku Tiva dan meraih tasnya. Membukanya, menemukan bukunya di sana.

Disaat bersamaan Tiva, Selli dan Silla masuk ke dalam kelas.

"Eh, Lun, ngapain di tas gue?" ucap cewek itu beranjak dengan langkah cepat. Seolah mencurigai kegiatan Luna.

"Ngambil buku gue yang lo ambil tanpa pamit." ucapnya kesal sambil menunjukkan buku yang dipegangnya ke arah Tiva.

Lihat selengkapnya