***
Selamat membacs
***
Kejadian itu.
***
Seperti sore minggu biasanya. Toko buku adalah tujuan Luna setiap kali libur. Ia biasanya menghambiskan hingga dua jam lebih hanya untuk berkeliling di dalam toko buku. Mencari buku-buku pelajaran yang menarik minatnya, jika sudah menemukannya, ia akan membelinya.
Seperti sore ini. Luna sudah berkeliling lebih dari dua jam, dan ia sudah mendapatkan buku matematika kelas dua belas. Setelah itu ia berjalan melewati kumpulan novel. Berkeliling satu kali dulu sebelum pulang.
"Luna." satu tepukan di bahunya sontak membuat Luna menoleh. Fandu tersenyum sambil memegang satu novel di tangannya.
"Eh Fan. Lo!" sahutnya ikut tersenyum. Fandu mengangguk cepat. Masih tersenyum.
"Lo cari apa?" Fandu menoleh ke buku yang dipegang Luna.
"Nih," tunjuknya kebukunya.
"Oh, lo dari tadi yah? Udah mau pulang?" tambah Fandu, Luna mengangguk.
"Lo beli apa?" tanya Luna balik. Fandu menoleh sedikit. Menunjukan buku yang di pegangnya juga.
"Novel Lun." sahutnya serius. Luna melihat sebuah novel di tangan Fandu.
"Gue belum baca yang ini, katanya seru." tunjuknya ke novel yang baru diambilnya itu.
"Jadi ke sini cuma mau beli novel?" tanya Luna mengikuti Fandu yang langsung mengangguk tersenyum.
"Belajar mulu, bosen gue Lun. Lo enggak bosen apa?" sahutnya sedikit tersenyum. Luna ikut mengangguk. Fandu ada benarnya. Ia selama ini memang fokus ke buku-buku dan selalu belajar, ia tak punya waktu luang untuk menyempatkan diri liburan.
'Liburan?' Luna tersenyum samar, sudah lima tahun ia tidak merasakan apa yang namanya liburan. Sejak Raka dan Papanya pergi. Ia bahkan lupa bagaimana rasanya liburan itu. Ia masih ingat liburan terakhirnya. Waktu itu mereka ke Bali selama seminggu. Merayakan kejuaraan olimpiade yang diperoleh Luna. Itu sudah lama sekali.
"Yah, melamun?" Fandu menarik hidung Luna, spontan membuat Luna menoleh, bingung, lalu detik berikutnya ia tersenyum. Mengusap hidungnya yang terasa cukup sakit. Sialan.
"Sakit Fan, lo isssh." gerutu Luna kesal. Fandu tersenyum sedikit. Menatapnya heran.
"Mikir apa sih? Ntar kerasukan baru tahu lo." jelas Fandu sambil menunjuk hidung Luna dan segera Luna singkirkan.
"Gue baru aja mikirin kapan terakhir liburan. Rasanya udah lama banget." sahutnya manyun.
"Yah, kasian banget. Emang. Entar lo bisa gila belajar mulu." ejek Fandu sambil memegang kepala Luna dan menepuknya pelan. Luna mengangguk mantap. Ia memang perlu liburan. Untuk menenangkan dirinya sendiri yang sangat kacau ini.
Tapi satu hal yang membuat ia bertanya, sejak kapan Fandu jadi suka menepuk kepalanya seperti ini.
"Iya, udah mau gila nih, apalagi habis dipegang lo gini, soal tangan lo banyak kuman." sahutnya spontan membuat Fandu terkekeh.
"What? Tangan gue bersih gini, lo bilang kuman." ucapnya jengkel melihat ke tangannya, diikuti satu tarikan di rambutnya Luna kuat, Luna memajukan mulutnya manyun.
"Aissst, Fandu gila, sakit tahu." ucapnya kesal, mengusap rambutnya, melihat Fandu menjauh pergi dengan geleng-geleng kepala sambil tersenyum.
"Cowok sialan." gerutunya lagi. Mengikuti Fandu ke arah kasir, lalu meletakkan bukunya di atas meja kasir.
"Hitung semua yah, Mbak.
"Tapi tempatnya bedain. Nanti buku aku ketularan anehnya sama yang punya buku ini." ucap Fandu sambil menunjuk buku Luna. Luna memajukan mulutnya manyun. Berpikir sejenak, Fandu mau membayarkan dirinya. Menoleh ke cowok itu serius, ia sekarang sedang mengeluarkan beberapa lembar uangnya.
"Fan, gue bisa bayar sendiri." ucapnya serius. Fandu menoleh sedikit tersenyum.
"Ini gue yang bayarin dulu, ntar traktir gue yang lebih mahal dari ini. Ok." ucapnya tersenyum, membuat kesepakatan seenak jidatnya pada Luna. Mau tak mau Luna terpaksa mengangguk.
Setelah selesai, Luna mengikuti Fandu keluar dari toko buku.
"lo pakek apa?" tanya Fandu setelah keduanya sampai di luar. Luna menunjuk ke arah motornya yang terparkir di depan toko.
"Yaudah, gimana kalau kita cari tempat baca yang dekat sini aja. Lo enggak kemana-mana, kan?" tawarnya serius. Luna menggeleng, ia memang belum niat pulang lebih cepat hari ini.
***