Sepulang dari rumah Fandu Luna menyembunyikan hadiah itu di lemari bajunya paling bawah. Lalu duduk di tempat tidurnya. Sambil membaca buku sebelum tidur. Seperti biasa. Tapi Luna sedikit terganggu dengan ponselnya yang sedari berbunyi di dalam tasnya. Ia belum mengeluarkan benda itu sejak pulang tadi dari rumah Fandu. Awalnya Luna mengabaikannya tapi malah makin membuat ia terganggu. Alhasil Luna berdiri. Berjalan menuju meja belajarnya. Membuka tasnya dan meraih benda itu, lau membuka layarnya, melirik banyak pemberitahuan di sana. Matanya membulat saat melihat Fandu menandai dirinya pada sebuah foto. Luna membukanya cepat.
'Hbd Aluna' Luna terdiam. Ia menoleh ke kalender yang berada tepat di depannya, yang ia letakkan di atas meja. Hari ini hari ulang tahunnya. Pantas saja tadi malam Papanya memberinya hadiah. Dan Mama Fandu juga. Luna melupakan hari penting itu.
Dan Mamanya?
Luna tidak ingin menginggatnya. Luna menoleh ke ponselnya. Baru satu setengah jam sudah di sukai lebih dari 12 ribu dan 500 komentar. Luna tidak mengerti akan hal ini, kenapa bisa begitu?
Omg. Siapa Kak?
Cantik juga
Aduh hatiku patah
Cewek lu, Kak?
Astaga. Fandu. Lo curang.
Lho! Kak Luna?
Luna menalan ludahnya susah payah. Ia tak mengerti kenapa Fandu melakukan ini semua padanya.
Omg, pantes aja makin semangat, lagi jatuh cinta.
Luna mengetik komentar.
"Fandu gilaaaa. Hapus foto gue. Gue pukul lo."
Baru beberapa menit.
Komentar Luna ikut dibanjiri.
Wah. Kak, pacarnya galak.
Cantik-cantik galak.
Udah dibawa ke rumah kan Lun. Udah kenalin Mama, kan?.
Ngapain masih diam-diaman pas sekolah.
Akhirnya lo normal juga Fan.
Bukannya ini mantan Irwan.
Yah Luna. Lo suka diam-diam yah. Malah cinlok ama Fandu.
Nggak cuma rebut posisi Luna lo Fan. Tapi hatinya juga.
Hahah. Fandu rupanya.
Lun, peka gih. Kemaren udah ditembak belum?.
Dan dibalas Fandu. Secara tidak normal.
'Langsung gue lamar.'
Luna ngeri sendiri. Ia memajukan mulutnya manyun. Mematikan ponselnya dan memilih untuk tidur saja dan ia akan berbicara pada cowok itu besok mengenai ini.
Sedangkan Fandu masih betah membaca komentar yang muncul di sana. Cukup membuat ia terhibur memang. Dan melupakan sejenak soal ia akan meninggalkan semuanya di sini sebentar lagi.
***
Luna menoleh pada jam yang melingkar di tangannya. Lalu beralih melihat ke arah mobil Irwan berhenti tepat di parkiran tak jauh dari tempat Luna berdiri. Luna menatapnya dengan tatapan datar. Cowok itu keluar dari mobilnya diikuti Lika. Keduanya ikut melihat pada Luna sekilas. Tak lama kemudian mobil Fandu juga muncul. Fandu keluar dari mobilnya. Melihat Luna yang masih fokus melihat keduanya. Ia tak sadar akan kehadiran Fandu di sana.
"Luna!" sapanya ke arah Luna yang sontak menoleh serius. Fandu berjalan dengan langkah cepat ke arahnya dan mengacak rambutnya sontak saja membuat Luna manyun.
"Selamat ulang tahun Aluna. Panjang umur dan nanti nikah sama gue yah. Soalnya gue sayang banget sama lo." Katanya tersenyum membuat alis Luna terangkat penuh tanda tanya. Luna sontak saja mundur, ia melihat Fandu aneh. Fandu tersenyum samar. Ia tahu Luna pasti terkejut dengan ucapannya itu, tapi semua itu benar dari hatinya.
Luna merapikan rambutnya. Ia tidak mengerti kenapa jantungnya malah berdebar lebih cepat. Fandu ia rasa semakin aneh padanya.
"Makasih. Lo makin aneh ini." Sahutnya kaku. Mencoba biasa saja. Fandu tersenyum lagi dan mendekat ke arah Luna yang kembali mundur. Ia mulai merasa semakin aneh berada di dekat Fandu yang juga bertingkah aneh padanya.
"Lo nunggu gue?" tanya Fandu serius. Luna lantas mengangguk mantap.
"Iya. Hapus foto gue." Ucapnya kesal.