Luna mengaduk-aduk Mocha latte di depannya. Sesekali menoleh pada ponselnya yang ia letakkan di atas meja. Fandu yang sedari tadi melihatnya heran. Ia tahu pasti Luna ada masalah jika gadis ini seperti ini. Selalu melamun dan tak bersemangat. Apa mungkin karena ucapan Selly tadi pagi. Entahlah Fandu tidak tahu.
"Oh iya Lun. Soal Selly lo nggak usah khawatir. Gue udah jelasin ke dia kok. Kalo kita enggak ada apa-apa." Jelasnya Fandu sontak membuat Luna menoleh serius. Ia menghentikan kebiasaannya itu.
"Syukurlah. Gue enggak mau dia salah paham soal kita." Balasnya Luna tersenyum samar, ia lega mendengarnya. Fandu malah menatapnya serius.
"Segitunya lo sukanya?" balasnya kesal. Luna mengangguk mantap.
"Yah." Sahutnya singkat sedikit tersenyum.
"Ntar masalah gue tambah banyak,"
"Belum masalah Mama yang nggak pulang pulang. Masalah Papa dan gue pusing." Balasnya jengkel. Fandu mengangguk sedikit mengerti, ia sekarang mengerti, inilah penyebab Luna kembali seperti ini.
"Mama lo ke mana?" tanya Fandu heran. Luna menoleh serius. Ia menggeleng lambat. Mengangkat bahunya, tidak tahu.
"Gue enggak tahu. Dia juga belum pulang sejak tiga hari yang lalu. Nomornya juga enggak aktif. Gue khawatir banget." Balasnya lirih. Fandu diam sejenak. Jadi karena Mamanya ini.
"Lo nggak punya nomor temannya atau teman kerjanya, mungkin?" balasnya Fandu menggusulkan. Luna menoleh serius. Fandu ada benarnya. Toh, kenapa ia tak kepikiran sama sekali soal ini.
"Lo bener Fan. Besok gue coba tanya mereka. Gue pernah tahu beberapa teman kerja Mama." Balasnya serius. Fandu tersenyum sedikit. Berharap semoga bisa membantu Luna atas usulannya kali ini. Yah, semoga saja.
***
Ragu. Luna berdiri mematung di depan rumah Irwan. Atas usulan Yuli ia terpaksa datang ke rumah ini. Mencoba menekan bel untuk kedua kalinya. Dan pintu rumah terbuka. Irwan muncul, ia menatap Luna dengan tatapan aneh.
"Luna?" cowok itu sedikit terkejut akan kedatangan Luna kali ini. walaupun bukan sekali ini saja dia ke sini. Dulu juga sempat menemani Mamanya mengambil beberapa pesanan kue.
"Mama lo ada?" tanyanya cepat. Alis Irwan terangkat.
"Masuk dulu gih." Ajaknya membuka pintu lebar-lebar. Mengajak Luna untuk segera masuk ke rumahnya itu. Luna menggeleng cepat.