Yes or No

Nuna Iu
Chapter #18

Mengapa

Kelas sudah sepi dan hanya tinggal Luna yang kini sibuk mengobrak abrik isi tasnya sendiri. Mulutnya manyun. Ia lupa di mana ia meletakkan kartu ATM milik Papanya kemarin. Ia rasa ia letakkan di dalam dompetnya. Dan malah tidak ada. Bingung memang. Secara, Luna belum pernah menggunakan benda itu sebelumnya. Dan sekarang malah ilang.

"Sial. Mana sih perginya?" Luna mulai kesal. Ia kembali memasukan buku-bukunya ke dalam tasnya. Setelah beres. Ia beranjak dari kursinya. Keluar dari kelas dengan langkah cepat. Berharap ia segera sampai di rumah dan mencari benda itu secepatnya. Tapi langkah cepat Luna terhenti ketika melihat Lika berjalan dengan langkah gontai. Seperti orang kesakitan sambil memegang perutnya. Awalnya Luna ragu untuk mendekat. Ia takut kalau tiba-tiba Irwan muncul, bisa gawat. Dan Luna memilih berjalan di belakang Lika. Lebih tepatnya mengikuti. Lika tampak menunduk. Masih terus memegang perutnya. Luna makin tak tenang. Tak ada orang lain selain dirinya di sana. Luna akhirnya mendekat. Ia cukup tak tega memang.

"Lo enggak apa?" tanya Luna melihat Lika kini bercucuran keringan dingin. Wajahnya tampak pucat. Dan Lika menggeleng sedikit.

"Kayaknya lo butuh ke UKS. Gue anter yah." Tawar Luna tanpa basa-basi menuntun Lika. Untuk berjalan sedikit cepat. Lika menggeleng cepat.

"Gue udah tadi dari sana dan udah dikasih obat juga tapi nggak mempan," Lika berkata serius. Luna mengangguk sedikit.

"Lo bisa anterin gue ke rumah sakit nggak? Gue bawa mobil kok. Lo bawa ya. Maag gue kambuh lagi kayaknya. " Ucapnya serius sambil menyodorkan kunci mobilnya ke arah Luna. Luna mengangguk sedikit. Ia meraihnya. Berpikir tak ada salahnya. Toh, Lika memang sedang tidak baik-baik saja ia lihat.

Lima belas menit sudah Luna duduk di kursi tunggu. Menanti Lika diperiksa dokter. Satu telepon masuk ke ponselnya. Membuat Luna meraih benda yang ia letakkan di dalam saku rok seragamnya. Nama Mamanya muncul. Luna menjawabnya dan menempelkan benda itu di telinga kirinya.

"Hallo Lun? Di mana kamu? Kok belum pulang?" tanya Mamanya. Luna menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Tak biasanya Mamanya menanyakan dirinya pulang tak pulangnya.

"Bentar lagi mah. Temanku sakit. Jadi nungguin dia." Jelasnya serius.

"Oh ya udah. Cepat. Mama tunggu nih." Ucap Mamanya.

"Iya Mah." sahut Luna dan setelahnya sambungan telepon dimatikan.

Luna kembali memasukan benda itu ke dalam tasnya. Lalu beralih pandang ke arah pintu tempat Lika di periksa. Gadis itu muncul bersama seorang perawat. Sontak saja Luna berdiri dan menghampirinya.

"Gimana? Lo nggak apa kan?" tanya Luna dengan nada khawatir. Lika tersenyum sedikit. Mengangguk.

"Gue enggak apa,"

"Makasih Sus," ucapnya ke arah suster yang mengantarnya tadi. Suster tersebut mengangguk dan beranjak pergi meninggalkan ke duanya.

"Makasih Luna. Gue enggak tahu kalo enggak ada lo. Gue mungkin udah pingsan di sana." Jelasnya serius. Luna hanya mengangguk sedikit.

"Sama-sama. Mending gue telpon Mama lo deh. Kabari," sahut Luna serius. Lika menggeleng sedikit tersenyum.

"Enggak Lun. Mereka sibuk dan gue enggak mau mereka khawatir." Jelasnya serius. Luna diam sejenak. Ia ragu untuk itu.

Lihat selengkapnya