Luna membuka matanya perlahan. Kaget melihat Fandu tidur disampingnya. Sambil memeluk guling. Wajah polos Fandu tercetak habis. Luna duduk. Ia melihat Fandu seksama. Ini bukan Fandu yang ia lihat tadi malam.
"Fan... Ngapain tidur sama gue, sih?" protesnya kesal. Memukul bahu Fandu kuat. Sontak saja Fandu bangun. Ia mengusap mukanya kesal.
"Aduhh Luna. Bikin kaget aja." balasnya kesal.
"Lo nggak ngapain-ngapain gue, kan? Ini gue dimana lagi." Luna menoleh kiri kanannya bingung. Fandu mengeliat sedikit. Duduk.
"Kagak. Ngapain juga." balasnya dongkol.
"Apartment gue." tambahnya turun dari sana. Luna bernapas lega, bajunya juga masih utuh dan Fandu juga sama. Berarti benar tidak kenapa.
"Tas sama hp gue mana? Gue mau pulang." ucapnya ikut turun menyibak selimut yang masih membungkusnya tadi.
"Nanti aja. Makan dulu. Nanti gue anterin. Sekolah juga lo kagak mungkin. Udah jam 10 tahu." tunjuknya ke jam yang tergantung dikamar yang bernuansa putih itu. Mata Luna melotot. Ia menatap Fandu jengkel.
"Gilaaa. Kenapa nggak lo bangunin." gerutunya dongkol. Mengikuti Fandu keluar dari kamar itu.
"Udah gue bangunin gila. Lo nya tidur kayak orang-orang mati." balasnya kesal. Luna memajukan mulutnya manyun.
"Lagian libur sekali kagak apa kali," tambahnya Fandu. Luna diam sejenak. Fandu benar. Dan ia malah jadi kacau seperti ini. Lalu bagaimana papanya. Ia pasti kena marah.
"Makan dulu sini." ajak Fandu cepat. Mau tak mau Luna mendekat. Dua piring nasi goreng dan dua susu coklat panas masih dengan asap mengepul disebuah meja makan. Fandu menarik kursi didepannya. Lalu beralih pandang ke arah Luna. Menarik cewek itu dan menyuruhnya duduk. Luna terpaksa duduk. Ia masih bingung.
"Lo kok nggak hubungi gue kalau pulang?" tanya Luna melihat ke Fandu disampingnya yang menarik kursi disamping Luna dan ikut duduk. Fandu kini menoleh serius.
"Malas,"