Yes or No

Nuna Iu
Chapter #25

Dimana mama

"Dari mana saja kamu?" tanya papanya saat Luna masuk kedalam rumahnya. Luna menghentikan langkahnya menatap papanya serius.

"Dari rumah teman pa. Aku lagi butuh sendiri. Kalau mau marah nanti aja." ucapnya serius. Beranjak pergi dengan langkah cepat. Masuk ke kamarnya yang sudah ditunggu Lika dengan tatapan khawatir.

"Lo nggak diapain Fandu, kan?"

"Papa gimana? Lo dimarahin?" Luna di brondongi banyak pertanyaan.

"Lo bisa keluar nggak? Gue mau sendiri." ucapnya serius. Lika yang kini mengerjitkan keningnya tak mengerti. Ia mengangguk. Beranjak pergi sambil memajukan mulutnya manyun. Ia hanya berharap Luna tidak apa apa. Luna meraih boneka milik Fandu dan melemparnya ke arah pintu dan disaat bersamaan Yuli masuk menatap nya bingung.

"Mbak aku mau sendiri." ucapnya lagi pada Yuli. Yuli mengangguk pelan. Terpaksa beranjak pergi sambil menutup pintu. Lalu kembali terdengar ketukan pintu kamarnya.

"Lun. Papa pergi. Jangan keluyuran lagi." ucapnya. Luna hanya diam. Ia mengacak rambutnya frustasi. Merebahkan tubuhnya dikasur dan tertidur.

***

Luna memicingkan matanya perlahan, suara orang bertengkar samar samar terdengar di telinganya. Luna mengusap pelan mukanya. Mengangkat kepalanya menoleh ke jam yang bergantung di kamarnya. Pukul setengah dua belas malam. Luna turun, ia sedikit kaget, kenapa ada orang berbicara sekeras itu hingga membangunkan tidur nyenyak nya. Yang Luna pikirin sekarang hanya Papa, bunda Lika. Tapi hanya satu suara pria yang berbicara. Dan itu bukan suara papanya. Langkah Luna terhenti. Ia menoleh ke arah jendela kamarnya. Matanya membulat melihat Fandu berdiri mematung didepan seorang pria paruh baya yang sedang berkacak pinggang dengan raut muka marah ke arahnya. Fandu tampak menunduk. Tidak ada perlawanan. Dan Luna belum pernah ketemu orang itu sebelumnya. Ia bisa tebak itu Ayahnya Fandu

Luna mencoba mendekat ke arah jendela kamarnya itu, memperjelas apa yang sedang mereka bicarakan. Mata Luna kembali membulat saat dua kali tamparan mendarat di Wajah Fandu. Cukup kuat, dan tidak ada perlawanan dari cowok itu lagi. Lalu kembali kata-kata yang cukup menyakitkan keluar dari sana. Lalu tak lama kemudian Ayah Fandu keluar sambil menghempas pintu kamar Fandu. Cukup kuat. Luna menatapnya ngeri. Kesalahan apa lagi yang dibuat Fandu sampai Ayahnya marah. Fandu mengusap pipi nya, Lalu menoleh ke arah jendela. Sontak saja Luna kaget, mundur dari jendela kamarnya, bersembunyi. Melihat Fandu kini menatap tajam ke arah kamarnya. Detak jantung Luna berdetak cepat.  Ia takut Fandu melihatnya nanti. Luna berusaha mundur, perlahan. Kembali ke tempat tidurnya. Masih berpikir kenapa Fandu di marahin ayahnya. Ingin bertanya tapi itu tidak mungkin. Bagaimana bisa, toh ia masih marah dengan cowok itu. Bukan masih tapi Luna sudah memantapkan dirinya untuk tidak berhubungan lagi dengan Fandu. Kejadian tadi malam. Ucapan Fandu kemarin dan tadi malam. Ia melupakan nya. Semuanya.

Drrtttt

Dering ponsel Luna sontak membuat Luna menoleh serius. Melihat benda mungil itu menyala. Memunculkan nama Fandu disana. Luna menarik napas berat dan menghembuskan perlahan. Menatap nya dengan tatapan sedih. Fandu pasti tau ia mendengar pertengkaran itu. Makanya cowok itu menghubunginya semalam ini. Kalau bukan itu apalagi. Toh selama Fandu pulang tidak ada kabar darinya. Menghubungi nya. Jauh sekali. Karena tak ada jawaban ponsel itu akhirnya berhenti berdering. Luna kembali ke posisi tidurnya. Ia menatap langit kamarnya serius. Kembali, beberapa detik kemudian ponselnya Luna berdering Lagi Luna menoleh malas.

"Fandu lagi," ucapnya malas. Menoleh malas melihat ke arah ponselnya. Sebuah nomor baru muncul. Alis Luna terangkat. Ia mencoba menjawabnya

"Hallo?" Ucap Luna serius

Lihat selengkapnya