Yes or No

Nuna Iu
Chapter #27

Rapuh

Luna menggoyang-goyang kakinya. Matanya tertuju pada pintu masuk ruangan yang bertulisan IGD itu. Tangannya gementaran. Air matanya meleleh, sesekali ia menyeka nya kasar. Iya masih tidak habis pikir. Fandu melakukan hal gila itu karena nya. Tentu saja kepalanya makin berat dan masalah nya bertambah. Belum lagi ia tahu bagaimana keadaan Fandu sekarang. Hidupnya benar benar rapuh. Semua diluar kendalinya.

Luna menatap tembok di depannya, detak jantung nya tak karuan. Hanya satu yang ingin dia dengar sekarang. Bagaimana kabar Fandu. Hanya itu. Bahkan ia sendiri lupa untuk mengabari orang tua Fandu apa yang terjadi pada anaknya itu.

"Mbak, teman atau saudaranya?" Seorang suster sontak membuat Luna menoleh kaget, Suster itu ikut menatap Luna bingung.

"Oh. Temannya sus. Teman saya gimana?" Luna berdiri dari tempat duduknya. Khawatir. Tentu saja. Pasti.

"Belum tau, teman kamu belum sadar. Tolong hubungi keluarganya yah. Untuk segala macam keperluan dan ada beberapa yang akan kami bicarakan sama orang tuanya." Jelas Suster itu pada Luna. Luna hanya mengangguk lemah. Mengabari orang tua Fandu. Rasanya ia sungguh tak sanggup. Dan ia baru saja melupakan hal penting itu.

"Iya sus. Makasih." Luna menurut, masih terus berfikir, ia kembali duduk ke bangku disana. Sesekali ia mengaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia benar benar pusing, bagaimana jika orang tua Fandu marah padanya. Ia yang menyebabkan Fandu kecelakaan. Perkataan bodohnya yang membuat Fandu celaka. Luna menarik rambutnya kuat. Berharap kepalanya hilang ingatan, atau kalau bisa ia mati saja.

"Oh tuhan. Aku mau mati saja." Pikirnya kesal. Berdiri dari tempat duduknya. Berjalan ke arah kamar rawat Fandu. Beberapa orang dokter keluar dari sana. Sontak saja Luna mempercepat langkahnya. Semoga ia mendapat kabar Fandu. Apapun itu. Ia sudah siap mendengarnya.

"Dok. Gimana teman saya?" tanya Luna pada seorang dokter wanita berumur sekitar empat puluh lima tahun. Ia menatap Luna serius. Lalu detik berikutnya ia tersenyum.

"Alhamdulillah teman mu udah sadar. Tapi harus istirahat lebih banyak dulu. Kalau mau lihat silakan. Ada suster didalam." ucapnya serius. Luna lega dan bersyukur. Itu tandanya Fandu tidak apa-apa. Walaupun tetap saja ia bersalah.

"Makasih Dok." kata Luna bergegas untuk segera  masuk.

***

"Hey..." sapa Fandu saat Luna masuk kedalam ruang inap Fandu. Luna sedang tidak ingin berdebat atau sejenis lainnya. Bahkan untuk berkata saja ia sudah tidak sanggup. Semua tenaganya sudah terkuras habis malam ini. Semua karena Fandu. Ah iya lebih tepatnya karena hidupnya.

Luna mendekat, melihat Fandu serius. Kepala cowok itu diperban, begitu juga dengan kakinya. Beberapa goresan luka di wajahnya.  Luna menatapnya serius. Dan Fandu juga seperti itu.

Lihat selengkapnya