Yes or No

Nuna Iu
Chapter #29

Haruskah?

***

Selamat Membaca


***


Luna berdiri mematung di depan kaca jendela kamarnya, menatap lurus ke seberang rumahnya, tepatnya ke kamar Fandu.

Sejak dua minggu yang lalu, terakhir di rumah sakit, Luna tidak pernah lagi bertemu dengan Fandu. Ia juga tidak pernah melihat Fandu di kamarnya lagi, hanya pengurus rumah yang kadang-kadang membersihkan kamar Fandu dan membuka jendela kamar itu. Luna rasa Fandu sudah pergi lagi. Bahkan rumahnya sering kosong seperti biasanya.


Hanya ada Mamanya yang kadang ada, kadang tidak. Luna ingin kesana, menanyakan Fandu apakah benar-benar sudah sembuh atau tidak, tapi rasanya tidak mungkin, toh, dia sendiri yang meminta untuk menjauh dari Fandu.


"Lun!" Suara ketukan pintu kamar berserta panggilan namanya sontak membuat Luna menoleh ke arah pintu, knop pintu kamarnya diputar dan terbuka. Yuli muncul dari sana.


"Apa Mbak?" tanyanya serius.

"Bunda udah pulang itu, di kamarnya." Ucapnya jelas membuat Luna mengangguk, ia tadi sudah pesan pada Yuli untuk mengabarinya. Lalu detik berikutnya ia mengangguk, ia sudah lama ingin berbicara berdua dengan ibu tirinya itu. Sejak tinggal di sini bahkan Luna tidak pernah berbicara banyak pada wanita itu. Dari kemarin wanita itu terus saja sibuk, ia tidak bisa menemuinya. Bahkan pulang ke rumah hanya tidur saja. Lalu pergi lagi.


"Oke Mbak." Jawabnya serius. Beranjak dari tempat berdirinya, mengikuti Yuli keluar dari kamar menuju kamar Bundanya, yang berada di lantai dasar.


Luna menarik napas berat dan menghembuskan perlahan, mendekat ke kamar itu dan mencoba mengetuknya.

"Bun, ini aku." Luna mencoba selembut apapun. Mencoba menghilangkan rasa bencinya pada wanita itu. Dan ia rasa ia harus memanggil sama dengan panggilan Lika saja.


"Iya Lun, bentar. " Terdengar suara Langkah kaki mendekat pada pintu kamar dan pintu kamar terbuka. Wanita itu terlihat baru saja selesai mandi, masih mengunakan handuk di atas kepalanya.


"Ayo masuk, ada apa?" tanyanya membiarkan Luna masuk ke dalam kamarnya. Untuk pertama kali Luna masuk ke dalam ruangan itu. Cukup kaget memang, ruangan itu di penuhi banyak buku, bukan seperti kamar tidur bahkan lebih cocok di katakan perpustakaan. Disamping rak penuh buku ada sofa berwarna cream dan meja kerja, tak jauh dari sana, ada tempat tidur berukuran king.


"Kaget, Bunda punya banyak buku yah? Kalau butuh buku datang aja kesini. Cukup lengkap kok." Ucapnya sambil duduk di meja riasnya, membersihkan mukanya dengan kapas pembersih.


"Oh, iya Bun." Jawabnya datar, duduk di sofa berwarna cream itu, terus menatap Bundanya yang kini berjalan ke arahnya.


"Kenapa, ada perlu apa? Kamu butuh uang, uang jajan yang bunda kasih nggak cukup?" tanyanya bertubi-tubi. Sambil duduk di depan Luna. Luna menggeleng serius, lalu berpikir sejenak. Mau tak mau ia harus mengutarakan ini.


"Aku," Luna terbata, ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal, bingung, untuk memulai dari mana.


"Iya?" jawab Bundanya serius.

Lihat selengkapnya