Yes or No

Nuna Iu
Chapter #30

Permintaan


Aluna duduk bersandar di sofa di dalam ruangan koroke, menatap lurus ke arah Silla dan Tiva yang sedang menyanyikan sebuah lagu yang nyaris mereka berdua tidak hapal, alhasil mereka tertawa terbahak. Sudah jelas tidak hapal lirik masih coba nekat menyanyikannya, aneh memang.


"Apaan sih, malah nggak hapal lirik. Udah sini aku." Selly berjalan mendekat ke arah Tiva yang lantas menyodorkan mikrofon yang dipegangnya ke arah Selly, masih sedikit tertawa.


"Ya udah lo berdua aja deh." Silla menoleh pada Luna yang langsung menggeleng sedikit tersenyum.


"Enggak bisa. Aku nggak bisa nyanyi." Tolak Luna halus sambil menggelengkan kepalanya. Tapi Silla dan Tiva sedang berada di fase nakal, alhasil keduanya sepakat untuk menarik Luna ke depan.


"Udah setengah jam yang nyanyi kita berdua doang. Nggak seru dong. Gantian. Biar adil." Tiva berujar sambil menarik kuat Luna hingga berdekatan dengan Selly yang kini sedang menyetel musik apa yang akan dia nyanyikan.


"Apaan sih? Aku nggak bisa nyanyi," Luna terpaksa meraih mikrofon yang disodorkan Silla padanya. Lalu makin mendekat ke arah Selly yang sudah siap memilih lagu dan bersiap mengikuti alunan musik di sana. Luna benar- benar bingung, ia benar tidak bisa bernyanyi. Ia hanya meletakkan mikrofon itu di depan mulutnya, sesekali melihat ke arah Selly yang tampak fokus dan sampai berjingkrak sontak membuat Luna, Silla dan Tiva terbahak. Cukup menghibur. Seorang Selly yang terkenal cukup kalem bisa bernyanyi rok seperti ini. Alhasil ketiganya terbahak. Luna sampai menyeka air matanya melihat Selly, sedikit aneh, heran saja.


Ia belum pernah ketempat karoke bersama orang-orang ini, dan berakhir malah gokil seperti ini. Cukup membuat Luna lupa dengan banyak masalahnya.


"Keknya kita bakal lebih sering gini deh, gimana menurut lo?" Tiva menyenggol bahu Luna. Mereka baru saja keluar dari ruang karoke dan bersiap untuk cari makanan, karena Tiva sejak tadi mengeluh kelaparan.


"Beruntung banget sih Lun? Aku juga mau dong jadi anak angkat Bunda lo?" begitulah yang didengar Luna dari tadi dan hanya dibalas senyuman oleh Luna.


"Kapan-kapan kita boleh nginap di kamar lo dong, malam minggu gitu, trus pas Bunda sama Papa lo lagi keluar kota gitu." Colek Tiva pada Aluna, ditambah anggukan dari Selly dan Silla.


"Boleh, besok deh gue kabari." Luna menyetujui sambil tersenyum.


"Ye!" ketiga temannya berteriak bahagia. Luna menggeleng heran sejak kapan ia punya teman seperti mereka. Ia rasa itu ide yang cukup bagus, mengingat ia cukup kesepian akhir-akhir ini, ditambah lagi dengan masalah kehidupannya yang tak ada habisnya, Luna bahkan lupa menikmati masa mudanya. Ditambah lagi dengan masalah Fandu.


Fandu? Luna menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia bahkan tidak tahu bagaimana kabar cowok itu sekarang.


"Eh, Lun, lo liat Insta Story Fandu nggak? Dia update bareng cewek cakep benar." Silla berkata serius, sontak Luna menoleh, lalu menggeleng cepat. Tentu saja ia tidak tahu, toh, ia sudah tidak pernah membuka aplikasi itu lagi sejak tinggal di rumah Ibu tirinya.


"Serius nggak liat? Itu cewek selebgram gitu, trus sekolah di sekolah Fandu juga, aku pikir sih mereka nggak cocok, cuma cewek itu maksa dekat sama Fandu kita." Selly menambahkan dengan raut muka kecewa.


"Gue pikir juga gitu sih, gue lebih suka Luna deh sama dia."Silla menambahkan langsung dapat tatapan aneh dari Luna.


"Apaan gue sih?" Protes Luna kesal.


"Yah, kan dekatnya sama kamu Lun, gimana sih?" Silla menambahkan.


"Iyah, malah dia nolak gue buat dekat sama lo. Lo aja yang nyia-nyiain dia, kalau gue mah, langsung sikat." Selly menambahkan sedikit terbahak.


"Apaan sih, udah nggak usah bahas Fandu, bikin kesel." Luna manyun. Dan ketiga temannya malah saling pandang, lalu tersenyum jahil.


"Sekarang jujur deh, Lun? Lo suka apa enggak sama Fandu. Kita tuh bosen ditanyain Fandu tiap hari soal lo.."

"Tiap hari, Luna gimana? dia oke kan Sill?"


"Dia sehat kan?"

Lihat selengkapnya