Luna samar- samar mendengar suara Bundanya memanggil namanya dan mengetuk pintu kamarnya.
"Luna!"
"Lun!"
"Lun, kamu belum makan. Buka pintunya." Ucap Bunda Lika disertai dengan ketukan pintu kamarnya.
"Lun, udah malem sayang. Kamu belum makan. Buka pintunya. Nggak baik lho, kek gini." Lagi-lagi terdengar suara itu. Luna mengangkat kepalanya, melirik jam yang tergantung di kamarnya. Pukul setengah sepuluh malam. Dan Luna enggan menjawab ucapan itu. Ia sungguh tak ingin untuk bertemu siapapun saat ini. Apalagi untuk makan. Ia sama sekali tak selera. Rasa laparnya menghilang begitu ssaja
"Luna. Buka pintunya sayang. Nggak baik ke gini. Ayo kita bicarakan hal ini baik-baik." Katanya lagi. Luna hanya diam, lalu detik berikutnya ia kembali merebahkan kepalanya di atas tempat tidur. Kembali memejamkan matanya.
Ia hanya ingin mengakhiri ini semua saja. Kelaparan dan mati, ia rasa itu jauh lebih baik.
"Lun? Lun? Bangun." Suara Bundanya membuyarkan tidur Luna. Luna memicingkan matanya, menoleh pada sang Bunda sedang duduk di atas tempat tidur sembari menggusap rambutnya lembut. Luna bingung bagaimana bisa Bunda Lika masuk. Mungkin ia punya kunci serap, toh, ini kan rumahnya.
"Ayo bangun, kita makan, nggak boleh ke gini." Ucapnya serius. Luna mengangkat kepalanya menoleh pada wanita iyu yang kini memasang muka serius ke arahnya.
"Ayo makan," Bundanya menarik Luna untuk segera bangkit dari tempat tidurnya, Luna memang sedikit kesal, tapi ia tetap menurut untuk segera bangun. Merapikan rambutnya yang berantakan. Melihat Bundanya meraih piring berisi nasi yang tadi ia letakkan di atas meja disamping tempat tidur Luna. Lalu membawanya duduk di depan Luna. Hendak menyuapi Luna tapi Luna merasa tidak enak, ia meraih piring itu dari tangan Bundanya.
"Aku bisa sendiri Bun. Makasih." Ucapnya serius. Bundanya menurut, ia membiarkan piring itu diambil Luna. Melihat Luna serius.
"Dihabisin yah, kamu harus tetap sehat kalau mau balas dendam sama Papa." aucapnya sambil menyelipkan rambut ke telinga Luna. Luna hanya diam, ia tidak tahu maksud ucapan Bunda Lika itu padanya. Luna hanya fokus pada nasi di depannya itu yang sama sekali tidak ingin ia makan, tetapi akan tetap ia coba. Menyendoknya dan membawanya ke mulut, ia tidak mengerti kenapa tiba-tiba bunda Lika berubah baik padanya. Luna pikir Bunda Lika pasti kasian padanya. Atau sedang berpura-pura baik.