Gremicik air terdengar meskipun Air terjun Coban Rondo belum tampak. Aku menenteng tas pinggangku yang bertuliskan National Geographic, berisi kamera Nikon D3300, lensa jauh dan lensa bawaannya. Rosa tampak berjalan sedikit didepanku, dia berjalanan cepat tak sabar sampai ketujuan. Aku masih menikmati segarnya udara disini, memandangi secara detail bebatuan disekitarku yang diselimuti tumbuhan dan lumut. Udara dingin serta lembab ini tidaklah aku sia-siakan. Kunyalakan korek api, dan mendekatkannya ke mulutku yang sedari tadi sudah berada di mulut. Seharusnya isapan pertama menghasilkan asap yang begitu pekat namun dengan udara yang dipenuhi embun ini, sedikit sulit membedakan kedua hal itu.
“Tak bisakah kau berjalan sedikit lambat?” Aku mencoba memintanya melambatkan langkah kaki. Pikirku, sangatlah disayangkan pemandangan dan suasana ini jika dia tak menikmatinya. Namun, langkah kakinya tidak juga sedikitpun melambat, pun dirinya tak berkomentar apa-apa.
“Ros.. Rosaa”
“Hei ..” Teriakku sedikit
“Eh” dia tiba-tiba berhenti
“Ini bukannya sekolah kita sedang ada TryOut ya?”
“Iya Tryout dari kabupaten dengan 20 kunci soal” Jawabku
“Aku lupa soal itu, terus kenapa kau tidak memberitahku”