Flo, Sally, dan Meera pagi-pagi sekali sudah bersiap-siap untuk perjalanan mereka hari ini. Flo dan Meera, bersama Karin dan Nuna sedang sarapan bersama di lantai bawah. Hari ini cuaca cerah berawan. Sally masih berada di kamarnya, ia sedang beberes dan memberitahu kedua temannya bahwa hari ini dirinya akan pergi seharian dengan Flo dan Meera.
“Memangnya kau mau ke mana?” tanya Claudia, salah seorang teman dekat dan teman sekamar Sally. “Kau biasanya tidak bergaul bersama mereka.”
Sally ragu apakah ia harus memberitahu tujuan mereka sebenarnya atau tidak. Flo dan Meera sepertinya tidak bercerita pada banyak orang tentang hal ini, dan gadis itu merasa mereka berdua juga tidak akan senang jika ia memberitahu orang lain tentang mereka bertiga yang berniat menyelidiki cerita mitos Hudgemoors. Lagi pula, Flo dan Meera hanya mengajak dirinya karena ia bisa berbahasa Perancis.
“Kami hanya akan berkeliling di sekitar lereng,” jawab Sally akhirnya. Ia meresleting jaket tebalnya. “Meera bilang mereka berdua akan menjelajah, dan aku juga bilang aku ingin melihat-lihat pegunungan, jadi mereka mengajakku.”
Sally dan kedua temannya turun ke bawah dan mengambil sarapan mereka. Ia melambaikan tangan pada Flo dan Meera yang duduk di salah satu meja.
Setelah mereka selesai sarapan, Flo dan Meera menunggu Sally di depan penginapan. Mereka berdua membawa ransel kecil, lengkap dengan termos berisi cokelat panas dan sepotong roti. Perkiraannya, mereka akan berjalan kaki dari penginapan menuju ke Hudgemoors mungkin memakan waktu sekitar dua puluh menit. Sally muncul tidak lama kemudian, ia membawa gelas kertas karton berisi kopi.
“Ayo jalan!” serunya.
Ketiga gadis itu berjalan beriringin melewati halaman bersalju menuju kaki lereng. Mengitari kaki lereng, lalu masuk ke satu jalan di bawah tebing. Flo berkata, “Menurutku kita bakal lebih cepat sampai kalau kita menggunakan snowboard.”
“Yah, tapi sayangnya aku tidak pandai bermain snowboard,” sahut Sally. Tangannya memegang dinding tebing, pandangannya mengikuti dinding itu sampai atas. “Tebing ini tinggi juga. Apa kalian tidak tertarik untuk mendaki ke atas sana?”
“Sayangnya kita hanya di sini selama empat hari.” Meera berjalan menuruni tanah yang menurun. “Tapi tebing ini terpisah dari lereng. Aku bingung dari mana kita harus mulai kalau ingin mendakinya.”
Jalan itu agak berbelok ke kiri dan mulai dipenuhi kerikil. Flo berkata lagi, “Kalian tahu alat yang biasanya digunakan orang-orang untuk memanjat tebing?” ia menunjuk dinding. “Semacam tali dan pengaman dan, aku tidak yakin, paku besar yang ditancapkan di dinding lereng. Lalu kita memanjatnya sambil berpegangan pada tali itu.”
“Bukankah itu sangat beresiko?” tanya Sally.