Di sebelah mereka bertiga, tepatnya di sebelah Sally, terdapat terowongan lain. Kurang lebih ukurannya sama dengan terowongan yang mereka lalui. Terowongan lain itu lebih gelap. Flo mondar-mandiri di depan kedua terowongan bercabang itu. Sepertinya terowongan di depan mereka ini adalah terowongan utama, dilihat dari ukurannya yang lebih besar.
“Di cerita Hudgemoors disebutkan terowongan atau terowongan-terowongan?” tanya Flo.
Sally dan Meera hanya menekan bibir mereka, tidak yakin.
“Yang pasti cerita itu menyebutkan tentang terowongan,” jawab Sally.
“Jadi hanya ada satu terowongan atau banyak terowongan?”
“Aku tidak yakin.”
Flo menjatuhkan wajahnya menghadap lantai.
Meera melangkah ke sebelah dan melihat-melihat terowongan itu. Ia masuk ke dalam dan mendapati terowongan tersebut mengarah ke kanan. Meera sama sekali tidak punya petunjuk ke mana terowongan itu menuju.
“Aku cukup yakin cerita itu menyebutkan terowongan-terowongan,” sahut Meera pada kedua temannya.
“Tapi orang-orang selalu menyebutnya terowongan rahasia. Kurasa aku tidak mendengar kata jamak di dalamnya,” kata Flo.
“Lalu kenapa?” tanya Sally, ia bersandar pada dinding. “Terowongan ini hanya memiliki dua cabang. Kita sudah tahu ke mana yang satunya mengarah, sekarang kita hanya tinggal menyusuri yang satunya lagi.”
“Bagaimana kalau terowongan ini bercabang-cabang?”
“Apa maksudmu?”
“Bagaimana kalau terowongan ini seperti labirin?”
Air muka Sally berubah serius dan menegang mendengar ucapan Flo.
Mau tidak mau Meera harus mengakui dirinya juga mulai terpengaruh dengan ucapan Flo. Flo bukannya bersikap paranoid, gadis itu hanya mempunyai berbagai macam ide dan kemungkinan di dalam otaknya. Ia harus belajar untuk tenang dan menjalani apa yang sedang terjadi, berpikir positif dan bertahan.