“Meera! Flo! Cepat kemari!” teriak Sally. Ia masih terkejut dengan apa yang ditemukannya di dalam ruang tanam di dalam tembok.
Meera dan Flo segara berlari menuju tempat Sally berdiri. Belum sempat mereka berkata apa-apa, keduanya sudah terperangah melihat apa yang ada di hadapan mereka.
“Wow,” gumam Flo dan Meera, mulut mereka membulat.
Di dalam ruang-ruang tanam itu terdapat berbagai macam batu permata dengan berbagai bentuk, jenis, dan ukuran. Berlian, rubi, safir, zamrud. Batu-batu permata itu terlihat sangat berkilauan dengan berbagai macam warna. Semua ruang tanam terisi penuh dengan batu permata.
“Batu-batu ini sangat indah.” Sally mengambil salah satu batu rubi. Warnanya yang merah kental berkilau di antara jari-jarinya.
“Apakah kita telah menemukan harta karun?” tanya Flo takjub. Ia juga ikut mengambil satu batu berwarna hijau. Batu itu pipih dan berstruktur, serta sedikit berat. “Wah, batu zamrud ini cantik sekali! Aku selalu berpikir berbagai macam warna hijau adalah warna paling damai. Ini pertama kalinya aku melihat dan memegang batu permata secantik ini.”
Selagi Sally dan Flo mengagumi keindahan batu permata yang baru saja mereka temukan, Meera berpaling dan memeriksa lorong. Ia menemukan semua bilik kamar yang tidak memiliki pintu, dipenuhi oleh emas dan perak. Meera masuk ke dalam, memeriksa setiap sudutnya dengan cermat dan teliti. Semuanya disusun dan ditumpuk di berbagai tempat, seperti menemukan sebuah harta karun. Tidak hanya itu, bilik kamar ini juga dipenuhi emas dan perak batangan murni.
Meera memanggil Flo dan Sally. “Kalian pasti ingin melihat ini.” Ia berbalik kembali menuju bilik kamar itu. Flo dan Sally mengikutinya.
“Wow! Lihat semua emas dan perak itu!” seru Sally dengan wajah takjub.
“Kita benar-benar menemukan harta karun!” Flo berseru sumringah. Ia menunjuk sesuatu. “Bahkan di sini ada rantai emas!” lalu berjongkok untuk meraih rantai itu, yang ternyata cukup berat. “Kira-kira berapa karat rantai ini?”
Meera ikut berjongkok. Ia mengambil beberapa keping koin perak yang berserakan di lantai. “Ini pasti koin logam kuno dengan perak asli,” ujar Meera. “Kalau berada di pasar sekarang pasti harganya akan sangat mahal.”
“Siapa sangka kita akan menemukan tempat dan barang-barang ini.” Sally duduk di lantai berpasir sambil meluruskan kedua kakinya. “Berarti dulu di Courtney Woods memang ada pertambangan. Tempat ini pasti semacam penyimpanan hasil tambang ketika pertambangan itu masih beroperasi. Tak kusangka mereka meninggalkan hasil galian mereka begitu saja.”
Meera duduk bersila dari posisi jongkoknya. “Tapi di mana kira-kira bekas pertambangan itu, ya?” ia menumpu tubuh dengan kedua lengannya. “Di Courtney Woods maupun Hudgemoors tidak ada tanda-tanda pernah ada sebuah pertambangan.”
“Faris dan Ellie tidak bilang apa-apa?” tanya Sally.
“Mereka juga hanya tahu hal yang sama seperti kita, bahkan mungkin tidak mempercayai cerita itu,” jawab Flo.