“Tuan Loyal!” pekik Yona di samping telinga Loyal, “Ayo ceritakan soal keluargamu juga!”
Dengan telinga yang berdengung Loyal mengangguk-angguk. Dia menceritakan pengalaman hidupnya. Sebenarnya, yang Yona tanyakan hanya soal keluarga. Tapi tidak apa-apa. Perjalanan hidup Tuan Loyal yang membara penuh cobaan membuat perjalanan mereka yang mendengarnya terasa singkat. Tak terasa Bandara Reinkarnasi sudah menyambut kehadiran mereka. Dengan hati termotivasi masing-masing dari mereka berjalan masuk ke bilik Informasi dan Bantuan Darurat.
Sungguh struktur yang benar-benar kokoh, pikir Yona seraya mengamati isi bandara tersebut. Fasad yang menawan hati dengan irama yang menuntun jiwa. Membuatnya melangkah dengan sendiri. Hanya saja, ketika keluar dari barisan, beberapa pegawai berdasi merah langsung menghadangnya dan memintanya untuk kembali ke barisan.
“Maaf aku tidak tahu,” ucap Yona.
“Iya, Nona,” jawab salah satu pegawai berdasi, “Kami hanya ingin memastikan Nona tidak tersesat. Itu saja.”
“Terima kasih,” ucap Yona.
Dia memasuki sebuah bilik kaca di saat yang lainnya pada berjalan keluar. Si wanita penjaga bilik langsung berdiri menyambutnya.
“Selamat pagi,” sapa wanita tersebut, “Silakan duduk.”
“Pagi, Kak,” sahut Yona sembari duduk.
“Sebelumnya, adik manis sudah makan?” tanya si wanita penjaga bilik tersenyum, “Di rak sebelah ada roti dan beberapa makanan ringan bila adik manis masih lapar. Jangan malu ya. Di sini kami akan melayani semampu kami.” Dia membuka laci meja dan menyiapkan beberapa berkas.
“Terima kasih, Kak,” balas Yona.
Sembari menunggu wanita tersebut, dia memilih sebungkus roti dan melihat kemasannya. Karena tidak cocok, dia ganti dengan sebungkus bolu kembang. Lalu, menggantinya lagi dengan sebungkus keripik balado.
“Baiklah, Adik Manis. Maaf membuatmu menunggu. Kita mulai ya.”
“Apa boleh sambil kumakan?” tanya Yona.