Yona dan Kehidupan Dasar Laut

🕯Koo Marko✨
Chapter #4

Alinea III

“Kalian pikir dia akan mengambil masalah ini?” tanya si manajer yang berambut putih.

“Entahlah,” jawab seorang pria berbaju kotak-kotak yang bersiap-siap menyodok bola putih. Rambutnya yang hitam klinis tidak sesuai dengan wajahnya yang keriputan.

Ketika disodok, Si Manajer Tua terdiam, mengamati bola cokelat yang menggelinding dengan lambat ke dalam lubang. Dia berjalan ke balik mejanya dan mengangkat gagang telepon. “Kalian berani bertaruh?” tantangnya kemudian.

“Ayo!” sahut si pria berbaju kotak-kotak serentak dengan beberapa pria tua lain yang sedang duduk mengelilingi ruangan itu.

“Berapa ambang batasnya?” tanya seorang kakek yang duduk paling ujung dengan serius bersama seorang wanita yang merupakan istri keduanya.

“Tidak perlu seserius itu,” canda Si Manajer Tua, “Yang kalah traktir yang menang. Bagaimana?”

Mereka setuju. Sehabis nomor telepon diputar, taruhan pun dimulai. Ketika berdering dan diangkat, Si Manajer Tua langsung berkata, “Selamat pagi, Tuan Musa. Ini Bandara Reinkarnasi. Bagaimana harimu?”

“Maaf, Bapak,” jawab suara seorang wanita yang terdengar merdu seperti nyanyian lebah, “Saya Dinda. Saat ini Tuan Musa sedang sibuk bersama Maksing di dunia arsip. Dia menitipkan teleponnya padaku untuk sementara. Dia juga berpesan, bila ada yang menitip pesan boleh disampaikan melalui saya saja. Nanti akan saya sampaikan padanya.”

“Oh... Baiklah...” kata Si Manajer Tua, “Bilang pada Tuan Musa, saat ini di lantai bawah bandara, ada arwah penasaran yang menantinya. Tolong minta dia cepat ya. Kasihan waktunya hanya 49 hari.”

“Baik, Bapak. Akan saya sampaikan. Ada lagi?”

“Tidak, hanya itu saja,” jawab Si Manajer Tua.

“Baiklah, Bapak. Terima kasih...”

“Terima kasih juga,” tutup Si Manajer Tua, yang langsung disambut oleh kakek tadi, “Dia ke mana memangnya?”

“Dunia arsip. Buat mengurus sesuatu bersama Man'naka itu,” jawab Si Manajer Tua sambil bertumpu pada meja kaca, “Dan kelihatannya...” terusnya sambil tersenyum, “Dompet kalian aman semua.”

Terbahak-bahak mereka, sedangkan Yona termenung di ruangan paling bawah. Dinding putih-putih melati. Bahkan saking putihnya, dia bisa berkaca. Kursi yang tersedia total 21 pasang, tapi hanya dia yang duduk di antaranya. Gelang emas itu berkilau. Membuatnya terpana untuk sesaat. Begitukah rasanya memakai gelang ibu direktur? Tangan terasa sedikit berat, tapi berisi.

Seusai mengamati gelang tersebut, dia berjalan ke depan dinding dan menggambar seekor paus bungkuk. Tiada tinta yang dia pakai. Hanya kuas imajinasinya yang bekerja secara sukarela. Ke mana paus bungkuk yang barusan dia lihat? Pikirnya.

Lihat selengkapnya