Yonathan dan Lempengan Mata Misterius

Elisabeth Purba
Chapter #2

Ada yang Aneh

 

Sudah jam sebelas ternyata, tapi mata Yo masih belum mau terpejam. Apa karena berita baik tadi yah, jadi susah tidur, gumam Yo dalam hati. Yo menyalakan komputer dan mencari berita terkini di laman kompas.com. Kolom olahraga dan travel selalu menjadi berita favoritnya. Yo hampir saja lupa untuk mendaftar sebagai peserta lomba balap sepeda, padahal besok pendaftaran terakhir. Yo membuka e-mail dan mengirim biodatanya untuk ikut lomba sepeda dalam rangka menyambut HUT salah satu koran lokal di Batam. Syukurlah sepeda yang baru dibelikan Papa akan sangat membantu saat perlombaan nanti. Setelah acara perlombaan itu selesai, Yo berniat untuk ikut komunitas gowes. Komunitas itu akan sangat membantu Yo mengembangkan minatnya untuk lebih tekun bersepeda dan bisa mengikuti ajang perlombaaan lainnya suatu saat nanti.

Ada suara gonggongan anjing yang cukup mengganggu. Suara itu sangat dekat, tapi seingat Yo tidak ada yang memelihara anjing di sekitar rumah. Barangkali tetangga baru itu yang punya peliharaan anjing. Yo mengibas tirai jendela untuk mengintip keluar. Ternyata benar, si tetangga baru yang punya pasal. Yo juga baru memperhatikan kalau rumah tetangga baru itu jadi tampak ramai dengan ornamen lampu taman berwarna-warni. Ada patung-patung yang berjejer rapi dengan karakter hewan yang dilindungi seperti: orang utan, badak, harimau, dan komodo. Yo juga takjub dengan atap rumah itu yang ditumbuhi rumput ilalang. Pintu garasinya dihias dengan ban berwarna merah dengan boneka di tengah-tengahnya.

Woow! Ada rumah pohonnya juga dengan lampu sorot tajam berwarna biru dengan batuan besar sebagai tangga naik. Kekaguman Yo tidak berhenti sampai di situ, ada ayunan gantung dengan akar gantung sebagai tali. Bagaimana bisa ayunan itu tergantung di tengah-tengah taman tanpa ada penopang dari atas sama sekali? Sepertinya ada penopang yang tergantung di langit. Apa yang ia lihat tampak mustahil. Apa aku sedang bermimpi? Yo bergumam sambil menepuk pipi kiri dan kanannya berulang-ulang hingga ia sadar bahwa ia masih terjaga. Yo masuk ke kamar mandi dan membasuh muka berkali-kali. Bagaimana bisa rumah itu berubah aneh seperti itu? Padahal tadi siang rumah itu tampak biasa dan wajar. Apa aku salah ingat? Atau mungkin aku salah lihat? Atau barangkali saja tadi siang sudah ada namun karena lampunya belum dinyalakan jadi tampak biasa? Tapi aku merasa rumah itu benar-benar ajaib. Aku harus memastikannya besok. Yo kembali bertanya-tanya sambil menggigit bibir bawahnya pelan.

Sudah hampir setengah dua pagi, Yo masih sulit memejamkan mata. Ahh … lebih baik aku baca cerita horror yang tadi aku ambil dari perpustakaan Mama. Aku letak di mana tadi bukunya, ya? Yo bergumam sambil mencari buku tersebut. Yo mencari di bawah kasur tak ada, di laci meja belajar, juga tak ada. Ohhh, Yo baru teringat kalau buku itu tadi ia bawa ke kamar mandi. Ya ampun, nih buku udah basah. Gimana mau baca dengan kondisi buku seperti ini? Yo membatin kesal. Yo meletakkan buku itu di atas meja belajar, dengan tujuan supaya besok ia bisa membacanya lagi setelah agak kering.

Hoam, hoam! Saat nya tidur! Yo mematikan lampu kamar, namun cahaya dari rumah tetangga menembus jendela kamarnya. Bagaimana mungkin, cahaya itu bisa bergerak-gerak dan ada suara tepuk-tangan dengan lagu anak-anak yang sayup terdengar. Ohhh tidak! Ini sangat membuat Yo tidak nyaman. Ia meraih selimut untuk menutup mukanya agar tidak memperhatikan cahaya aneh yang membuatnya sedikit gelisah.

 

Lihat selengkapnya