Yonathan dan Lempengan Mata Misterius

Elisabeth Purba
Chapter #10

Dikejar-kejar

 

Hari sudah gelap, bulan purnama menerangi tempat ini. Suara jangkrik bersahutan menghilangkan sunyi. Daun- daun bambu mendesir diterpa angin malam. Di ujung kaki depan kursi ini ada gundukan tanah, barangkali ini pernah menjadi tempat semut bersarang. Tanpa mereka sadari, mereka semua ketiduran karena kelelahan. Yo tertidur pulas di sebuah kursi bambu dengan pakaian basah yang ia pakai. Hingga pakaian itu mulai mengering di badannya setelah ia terbangun.

Yo tersentak, ia melihat arlojinya ternyata sudah pukul 19.00. Yo masuk ke dalam, Bona sedang tidur telentang dengan kedua kaki yang menjuntai ke bawah. Dengkuran Bona bisa saja mengundang kapal itu untuk datang. Tapi syukurnya, hal itu tidak terjadi, barangkali saja kapal itu tuli. Iler Bona sudah tumpah di pipi kirinya, ia mengusapnya dengan telapak tangannya sambil menjilatinya. Aih, jijiknya kalau melihat Bona sedang tidur. Sementara Hanny tidur di ujung tempat tidur sambil melipat tubuhnya seperti kucing kedinginan.

Yo tidak melihat Pak Obby, tapi ia mendengar suara air dari dalam kamar mandi. Pasti Pak Obby sedang berada di sana. Selain cahaya bulan, lampu emergency yang sudah redup ini menjadi alat penerangan mereka. Yo kembali membuka lemari bambu itu untuk mengambil baju dan celana yang bisa ia pakai untuk menggantikan pakaiannya yang lembab. Yo menemukan celana panjang olahraga dan kaos hitam polos. Sebelum Yo mengganti pakaian nya, ia melihat Hanny lebih dekat, dengan harapan Hanny tidak terbangun dan melihatnya telanjang saat berganti pakaian. Dengan gerak cepat Yo membuka baju dan celananya untuk segera menggantinya dengan pakaian yang baru ia temukan dari lemari itu. Setelah selesai, Yo melempar pakaian lembab itu ke bawah tempat tidur.

Yo mendengar suara pintu kamar mandi terbuka, Pak Obby sudah keluar dengan baju yang berbeda dari baju yang tadi ia pakai. Ternyata Pak Obby sudah duluan mengganti pakaiannya dengan baju lengan panjang berwarna biru tua dan celana tanggung berbunga-bunga. Celana itu sepertinya lebih cocok untuk Hanny pakai di banding Pak Obby. Namun, karena Pak Obby lebih dulu mengobrak-abrik isi lemari itu, ia mempunyai wewenang lebih untuk memilih pakaian yang menurut dia cocok untuk dipakai.

Yo mengambil bantal segitiga yang terjatuh dilantai untuk ia lempar ke muka Bona. Masih saja, Bona terlelap dalam tidurnya. Yo pun mendekatinya dan menendang ujung kakinya, masih sama saja Bona tidak mau bangun. Satu-satunya jalan untuk membangunkan Bona adalah memasukkan crackers rasa kacang yang masih tersisa yang tergeletak di tempat tidur. Ada sisa empat potong lagi yang tak sempat dituntaskan Bona. Yo memasukkan satu potong cracker itu ke dalam mulut Bona. Ia mengunyahnya dengan mata terpejam. Dengan mata sayu Bona terduduk dan meraba-raba tempat tidur untuk mendapatkan sisa cracker.

“Mau lagi!” Ujar Bona lemas.

Yo menyuapi Bona sisa crackers yang tinggal tiga potong itu satu-persatu. Bona melek dan mengambil minuman sisa yang juga ia letakkan di atas tempat tidur. “Akhirnya, bisa bangun juga ya Bon,” keluh Yo lirih.

“Hihihi …, ya bisa lah Yo!” Ujar Bona sambil mengangkat ke dua lengannya tinggi hingga rambut di ketiaknya mengumbar aroma.

Yo menanggapi jawaban Bona dengan ejekan ringan sambil menepuk jidatnya, “Kamu tuh ya Bon, susah amat dibanguni, kena makanan langsung aja nyadar”

“Mana sisa crackers tadi, Yo? Aku letak di sini tadi?” Tanya Bona meraba-raba tempat tidur. “Itu!” Tunjuk Yo ke arah mulut Bona.

Tanya Bona sambil mengusap mulutnya pelan, “Itu mana?”

“Itu sudah masuk ke dalam mulutmu” Yo tertawa sejadi-jadinya dan melemparkan bungkus makanan itu ke muka Bona.

“Dapat pakaian dari mana, Yo?” Tanya Bona memperhatikan baju yang Yo pakai.

“Di dalam lemari Bon”

“Apa ada yang cocok untukku?” Tukas Bona beranjak dari tempat tidur dan segera menuju ke lemari untuk mencari pakaian yang cocok untuknya.

Jawab Yo santai “Nggak tahu, lihat aja sendiri”

Lihat selengkapnya