Yonathan dan Lempengan Mata Misterius

Elisabeth Purba
Chapter #12

Tantangan

 

Suara terompet terdengar bergema di dalam kamar Yo. Suara itu sebagai pengingat untuk memanggil semua para tawanan untuk berkumpul. Suara itu sangat jelas terdengar dari pengeras suara yang dipasang di belakang pintu kamarnya. Pengeras suara itu terbuat dari kerang. Saat mengeluarkan suara kerang itu akan terbuka, begitu juga sebaliknya. Yo kembali meletakkan tangan di belakang pintu sebagai detektor untuk membukakan pintu. Kali ini layar kecil pada pintu itu berbicara Saatnya berkumpul! Saatnya berkumpul!

Semua pintu sudah terbuka, mereka menyusuri koridor dengan berjalan perlahan. Yo mengira bahwa dirinya dan yang lain akan melewati koridor dengan pijakan akar pohon, namun koridor yang dilewati itu berbeda dengan yang tadi saat pertama kali mereka masuk ruangan tawanan. Mereka hanya melewati jembatan gantung yang jauh lebih aman dan mudah untuk dilewati. Ada sinar merah yang mengarahkan mereka semua untuk berkumpul di satu titik. Yo tidak bisa menahan tawa melihat celana Bona yang robek seperti digigit tikus. Bona berjalan sambil meletakkan kedua tangannya di bokongnya, namun robekan di celananya masih kelihatan.

Bona menoleh ke belakang dan berseru “Yo!”

Bona diberi peringatan untuk terus memandang ke depan, “Tawanan nomor 46, pandangan lurus ke depan!”

Tak lupa Yo juga hendak bertegur sapa dengan Pak Obby dengan seruan, “Pak Obby!”

Tanpa menghiraukan peringatan yang Bona dapatkan, Pak Obby juga ikut menoleh ke arah Yo dan tersenyum. Yo terkejut melihat muka Pak Obby seperti kena penyakit kulit tepatnya panu. Tapi dari cara Pak Obby tersenyum, Pak Obby sepertinya tidak tahu kalau mukanya mengalami cedera dadakan.

Ada teguran lagi “Tawanan nomor 47, pandangan lurus kedepan!”

Mereka semua berkumpul di dek taman buah. Tempat yang membuat siapa saja lapar. Apa memang kami hendak diberi makanan? Aku benar-benar mau pingsan karena lapar. Gumam Bona lemas dalam hati.

Ada seseorang dengan jubah putih yang duduk di singgasana dengan topi kerucut. Yo tidak melihat kakinya sama sekali, tubuhnya seperti sehelai kain dengan mata kiri dan kanan yang berbeda. Mata kiri dan kanan seakan bercerita bahwa ada dua karakter yang ditanamkan dari pancaran ke dua mata itu. Lambang hati itu juga menceritakan sesuatu yang berat dengan tanda panah di tengah-tengahnya.

Si Jubah Putih itu ternyata layar kapal yang telah menggulung Yo hingga ia terdampar ke dalam kapal ini. Si Jubah Putih bisa menggulung, bisa membentang dan bisa terbang. Tak lama, Pak Tua Berjubah Merah membisikkan sesuatu ke telinga Si Jubah Putih. Bisikan itu membuat Si Jubah Putih tertawa hingga topi kerucutnya terlepas. Tanpa pikir panjang, Si Pria Tua Berjubah Merah dengan segera membungkukkan tubuhnya untuk mengambil topi sang paduka. Bisikan itu ternyata membuat Yo, Hanny, Bona dan Pak Obby tersudut di antara tawanan yang lain. Mereka berempat ditarik ke depan untuk menghadap Si Jubah Putih sang penguasa kapal atau si empunya kapal dan bahkan bisa dibilang sang majikan. Si Jubah Putih mengatakan sesuatu dengan bahasa aneh yang tidak mereka mengerti. Namun Si Pria Tua itu begitu tanggap dan mengangguk tanda mengerti.

“Tawanan baru nomor 46, 47, 48, dan 49” Ujar Pak Tua lantang.

Mereka saling pandang dan tidak tahu apa yang diingini Pria Tua itu. Mereka hanya diam tanpa merespon yang disampaikannya.

“Apa kalian tidak dengar?” Tanya Pria Tua itu.

Bona menjawab “Kami dengar, lalu kau mau apa?”

Bona didorong oleh seorang pengawal karena menjawab dengan lantang. Si Pria Tua dan Si Jubah Putih tertawa dengan sangat keras hingga ruangan ini bergoncang dan menggugurkan daun-daun.

“Kalian lapar?” Tanya Pria Tua.

“Tentunya!” Jawab Hanny.

Si Pria Tua mendekati dan berjalan mengelilingi mereka sambil berkata, “Hampir semua penghuni kapal ini tidak berhasil memecahkan tantangan kami!”

“Maksudmu apa? Apa kau mau memberikan kami tantangan?” Tantang Bona sambil mengendus hidungnya ke atas dengan angkuhnya. Tambah Bona kasar sambil mencibir “Memangnya apa hubungan orang lapar dengan tantangan yang kau berikan, Pak Tua?”

“Apa kalian tidak melihat tawanan yang lain? Mereka belum makan apa-apa karena tidak bisa melewati tantangan yang kami berikan!”

“Kejam sekali!” Seru Pak Obby.

Bagaimana mungkin semua tawanan ini tidak diberi makanan? Kalaupun diberikan tantangan mereka pasti tidak sanggup. Ada orangtua bungkuk, perempuan hamil, anak kecil berusia kurang lebih 5 tahun, wanita gendut yang beratnya bisa melebihi 100kg. Barangkali si wanita gendut ini masih sanggup menahan lapar, mengingat cadangan lemak di tubuhnya masih bisa memberikannya energi untuk beberapa hari. Bahkan ada kucing dan anjing yang mempunyai nomor tahanan tersendiri. Anjing itu menggonggong pelan dan mengenduskan hidungnya ke dinding kapal.

“Sebutkan apa tantangannya?” Lagi-lagi Bona berujar lantang dengan gerak menantang.

“Hahaha. Apa kau sanggup gendut?” Protes Si Pria Tua.

“Hahaha …, kau jangan anggap remeh aku, Pak Tua. Temanku Yo yang akan beraksi” Balas Bona penuh tawa mengejek.

Yo menepuk jidatnya dan menendang Bona dengan ujung sepatu sambil membentangkan ke dua telapak tangannya menghadap ke atas karena marah. Bona mendekati Yo dan membujuknya, “Kau pasti bisa Yo. Selamatkan aku Yo. Aku bisa mati kalau nggak makan. Please!”

Lihat selengkapnya