Buah-buahan yang ada di dalam kapal telah berjatuhan dari pohonnya. Semua berhak untuk menikmati buah-buahan yang lezat itu. Bona sudah tidak sabar untuk memakannya. Semua tawanan bereaksi datar kecuali Bona. Ia berteriak dan berseru, “Wow! Kalau segini banyaknya, aku bisa muntah”
“Makan secukupnya, Bon. Memangnya kamu sanggup makan sebanyak itu?” Balas Hanny. Bona hanya tertawa mendengar pertanyaan Hanny. Rasa lapar Bona pasti akan membuatnya kalap.
“Bon, gimana dengan Yo?” Tanya Hanny cemas.
“Aku juga tidak tahu Han. Kita sama-sama disini, bagaimana mungkin aku tahu keberadaannya sekarang.”
“Buah-buahan ini sudah jatuh, Bon. Seharusnya Yo sudah berada disini,” Tukas Hanny khawatir dengan keberadaan Yo. Rasa khawatirnya tidak membuatnya lapar sama sekali. Berulang kali Hanny menengadah untuk memastikan bahwa Yo akan turun. Hanny memanggil nama Yo sekuat tenaga, dengan harapan Yo mendengar suara teriakannya.
“Sudahlah! Temanmu itu tidak akan kembali. Temanmu itu bukan orang pertama yang tidak selamat dari perjalanan panjang menaiki pohon ini. Berdoa saja untuknya, hahaha.” Ujar Si Pria Tua Berjubah Merah.
Namun pernyataan Pria Tua itu membuat Hanny terenyuh sambil berujar lantang, “Tega sekali kau berbicara begitu. Jadi ini semua skenariomu kan, Pak Tua? Kau ingin mendapatkan makanan dengan mengorbankan temanku?”
Pria Tua itu membalas enteng, “Tuh tahu jawabannya. Kalau bukan begitu, bagaimana mungkin kalian bisa menikmati buah-buahan enak ini? Kau juga tidak sanggup berkorbankan? Kau saja tidak punya nyali untuk naik ke pohon itu”
Dengan tangisan lirih Hanny bertanya kembali kepada Pria Tua itu “Apa benar tidak ada yang pernah selamat?”
Pria Tua itu menjawab geram sambil mengibaskan bajunya seperti penari ballet, “Tidak ada. Kalaupun temanmu itu selamat, dia akan berada jauh di tempat yang lain. Tidak di sini”
“Maksudmu”
“Pohon yang dipanjat temanmu itu bisa menghubungkan dirinya dengan tempat lain yang tidak terduga. Kemungkinan terburuknya adalah temanmu itu bisa saja meregang nyawa. Puas dengan jawabanku anak tengil?”
“Sudahlah, Han. Aku yakin Yo pasti selamat” Bona berkata dengan penuh keyakinan.
“Apa yang akan kita sampaikan pada Tante, Bon?”
“Hmmm, Han! Kamu tuh ya terlalu aneh. Memang nya apa yang mau kamu sampaikan pada tante? Gini ya Han, apa kamu bisa jamin kalau kita selamat? Kamu aja belum tahu nasib kamu gimana”
Pak Obby menambahkan “Jangan khawatir, Nak. Bapak juga yakin kalau Nak Yo pasti selamat. Mungkin sekarang dia berada di suatu tempat yang kita tidak ketahui”
“Aku harap begitu, Pak!” Ujar Hanny menyilangkan ke dua tangannya di dada.
“Sudah puas makan?” Teriak Si Pria Tua kepada semua tawanan.
Setelah semua menikmati buah-buahan itu dengan lahap, Hanny hanya menyempatkan untuk mengambil satu buah apel. Hanny duduk dan meletakkan apel itu di atas lutut kirinya sambil memperhatikannya dengan seksama. Hanny juga meniup apel itu berulang-ulang seraya apel itu seperti lilin ulang tahun.