Selanjutnya Yo, Bona dan Grace memasuki lorong panjang yang berkabut yang ditumbuhi rumput ilalang. “Cepat, lorong ini makin lama makin pendek.” Tukas Yo berlari sedikit tertatih. Lorong bagian belakang yang sudah mereka lewati tertelan sendirinya. Kalau sampai mereka terlambat berlari sedikit saja, lorong itu akan menelan mereka dan tidak bisa kembali ke waktu sekarang.
Lorong waktu membawa mereka kembali ke tempat semula namun mereka harus berada di atas pohon. Grace menggantung di batang pohon sambil berayun untuk melompat turun sambil berseru lantang “Yuhuy” Sementara Yo duduk di cabang pohon sambil mematahkan rantingnya untuk dilemparkan kepada Bona hingga mengenai wajahnya. Bona tak kuasa menahan rasa gugupnya hingga ia berseru “Apa lagi ini Yo, jalan keluar yang kau ambil terlalu buruk”
“Ini yang terbaik, Bon, apa kau mau berada di tengah laut?”
“Siapa yang peduli”
“Ada dua jalan keluar tadi Bon, aku harus memilih salah satu. Jalan ini yang kupilih, meski kita harus berada di atas pohon. Sementara yang satu lagi berada di tengah laut. Apa kau mau? Memangnya kau bisa berenang? Atau kau tak takut sama hiu?”
“Ahh, apapun yang kau bilang Yo, sekarang aku mau turun”
“Nikmati aja dulu, Bon!”
“Apa?”
“Coba lihat ke bawah, jarakmu dengan tanah tidak lebih dari 1 meter”
“Hahaha, kau membuatku geli Yo. Kenapa tidak dari tadi kau katakan? Aku sampai lemas memikirkan cara turun dari pohon ini.”
“Makanya jangan nyerocos terus tuh mulut, sekali lagi lihat dulu baru berkomentar”
Bona melompat turun hingga ia terduduk dan Grace memberikan tangannya untuk Bona raih. Dengan sigap Yo menepis tangan Grace pelan dan mengatakan “Dia bisa sendiri, Grace”
“Apakah benar yang kau katakan tadi Yo tentang dua jalan keluar itu?” Tanya Grace melemparkan tawa tipisnya hingga lesung pipinya sangat jelas kelihatan. Kemudian ia meletakkan satu lengannya di batang pohon itu seraya sedang bersandar.