Beberapa hari setelah kejadian mencekam yang menimpa Yo dan keluarganya, ia selalu bermimpi aneh. Dalam mimpinya ada seorang wanita muda berambut panjang, bergaun putih, berpenutup kepala dari kain, berbibir dan bergigi merah. Wanita itu melambaikan tangan berkali-kali, ia hendak mendekat namun ada sesuatu yang menariknya masuk ke gulungan ombak besar di tengah laut. Ombak itu mengeluarkan suara deru dengan gemericik yang memekakkan telinga. Yo mengulurkan tangannya, namun sayang Yo tidak berhasil menarik tangan wanita itu. Wanita itu berteriak kemudian keluar cahaya panas dari gulungan ombak itu hingga membakarnya habis. Ada suara bisikan lembut memanggil, “Yo! Yo!Yo! Tolong Mama, Anakku”
Yo terhempas di pesisir. Tak lama ombak itu pun menghilang, langit yang awalnya hitam kembali cerah dengan sinar matahari yang terik.
Yo melihat ada banyak orang di pesisir yang sedang menikmati alunan angin, ada yang bermain pasir, ada yang memancing, ada yang hanya membasahkan ujung kakinya di air sambil melompat kegirangan, ada kapal kecil yang bersandar di tiang-tiang rumah papan. Tidak seorangpun yang Yo kenal, hingga Yo berlari menarik sampan kecil hendak pergi ke tengah laut mencari wanita muda tadi yang ditelan ombak. Namun sayang, sampan itu tidak bisa bergerak sama sekali. Yo turun mendorong sampan itu agar menjauh dari pantai, namun sampan itu karam, hingga ia terombang-ambing sambil memegang sauh. Yo mencoba berenang mendekat lagi ke pantai, namun gulungan ombak besar hendak menelannya dan Yo berusaha sekuat tenaga untuk keluar dari gulungan ombak itu hingga ia bisa kembali lagi ke pantai.
***
“Aku mau bicara, Ma”
“Apa ada yang penting sayang?”
“Bisa dibilang begitu, Ma”
“Coba katakan ada masalah apa? Mama pasti bantu”
“Belakangan ini Yo mimpi aneh.”
“Mimpi aneh? Itu bunga tidur Yo, jangan terlalu dipikirkan”
“Dengar dulu Yo bicara, Mama”
“Lanjutkan sayang”
“Belakangan ini Yo memimpikan seorang wanita muda berambut panjang, berpenutup kepala dari kain yang selalu memanggil nama Yo dan meminta tolong. Bukan itu saja, wanita itu menyebut Yo sebagai anaknya”
Sejenak Mama tertegun dan memperhatikan Yo dalam, sementara Papa yang sedari tadi membaca koran harian melemparkan pandangannya ke wajah Yo. Kemudian Mama menggeser kursinya dan berlalu menuju ke kamarnya.
“Ma, Yo belum selesai. Apa salah Yo, Pa? Yo cuma mau bercerita”
“Kamu tidak salah, Yo. Tunggu di sini, Papa susul Mama ke kamar”
“Baiklah, Pa”