Nania Putri Aruna
Seorang gadis dengan senyuman manis, khas Indonesia. Kulit kuning langsatnya terlihat sempurna, lembut dan cerah. Nania adalah sosok cewek Indonesia yang imut. Matanya berbentuk almond dengan sudut yang tajam bersimetris, di tambah bulu mata lentik indah, rambut panjang bergelombang terurai, hitam pekat dan lembut.
Pagi yang selalu terasa berbeda. Tidak ada suara ibu di dapur, tidak ada aroma masakan rumah, juga tidak ada gelak tawa serta candaan orang rumah. Yang terdengar hanya bisingan klakson, dan langkah kaki pejalan, yang sibuk dengan urusannya masing-masing.
Nania duduk di depan meja rias, menatap dirinya di cermin. Ia menoleh ke arah luar jendela menyaksikan, aktivitas pagi. Hembusan angin, sejuk menusuk hidung, burung-burung mengepakkan sayap dengan lincah dan sinar matahari tampak menyengat. Awal pagi yang sempurna....... Tapi menyebalkan, wajah murungnya sudah cukup menggambarkan semuanya, pagi yang buruk.
Ia menarik napas dalam-dalam, apakah aku satu-satunya merasa hidup ini menyedihkan? pertanyaan itu melintas dalam benaknya. Hari-harinya tidak selalu mudah, kadang semuanya terasa berat, bahkan terlalu berat. Memang kadang hidup tidak berjalan sesuai rencana. Tapi bukankah rencana Tuhan selalu lebih indah?
Kamar kos kecil itu menjadi tempat ia mengenal banyak hal. Tentang sabar, tentang bertahan, dan menerima kenyataan. Tangis yang ia tahan, rindu yang terus menghantui, dan harapan yang diam-diam ia jaga.
Siapa bilang hidup itu mudah. Nyatanya ia pernah merasa bodoh karena gagal ujian. Pernah kehabisan uang, bertahan hidup dengan nasi kosong selama beberapa hari. Dan melewati hari-hari sulit itu tanpa menyerah. Karena hidup bukan soal siapa yang paling cepat, tapi siapa yang tetap bertahan meski hampir tumbang.
Nania menatap kembali bayangannya di kaca, Ia meraih lipstik dan mengoleskannya tipis di bibir pucat nya, sekarang wajahnya terlihat lebih hidup.
.
.
Nania melangkah perlahan, dengan ritme kaki melambat. Kepalanya tertunduk, menatap ke arah bawah dengan tatapan kosong. Pikirannya terseret jauh oleh ingatan yang berputar-putar di situ saja. Ia membiarkan langkah kaki terus membawanya sampai ketujuan, tanpa mempedulikan sekitar.