You and Me

nania putri aruna
Chapter #5

Kamu

Pikirnya kacau ia bingung apa yang harus di lakukan, dari tadi dia melamun di meja kerjanya dengan perasaan kacau. Ini adalah tanggung jawab besar dan pengalaman pertama baginya, di tambah belum sampai sejam berita ini sudah sebar di mana-mana, seharusnya dia senang di percaya untuk menjadi pemimpin sabhara tahun ini. Tapi, bukan kah ini terasa mendesak dan kenapa harus dia. 

“Dim,” panggil laki-laki di samping kiri meja kerjanya. Namun Dimas tidak menggubris panggilan temannya bukan karena menghiraukannya, tetapi terlalu larut dalam pikirannya. 

“Ekhem, melamun aja lo,” timpalnya lagi, walaupun masih tetap tidak di gubris. 

Dimas yang sedari tadi termenung sadar dan menoleh ke arah sumber suara, karena ada yang berbicara kepadanya. Ia acuh dengan ucapan temannya tersebut dan mulai membuka laptop untuk melanjutkan beberapa pekerjaan yang sempat tertunda, sekaligus mengalihkan fokusnya. 

“Gue mah udah biasa kok di cuekin” ucap Jodi karena di hiraukan. 

Jodi, adalah teman satu lettingnya, sekaligus tetangga meja kerjanya. Menurut Dimas Jodi adalah orang terbacot yang pernah ia temui. 

Jodi menengok ke arah Dimas. “Lo, betulan bakal jadi pemimpin sabhara tahun ini ? “ tanya Jodi memastikan. 

Ia tahu, temannya tersebut pasti bakalan singgung tentang berita yang baru saja beredar, “seperti yang lo dengar,” Jawab Dimas singkat, tanpa mengalihkan mata dari laptop. 

Jodi tentunya tidak heran dengan hal ini, Dimas memang pantas di beri tanggung jawab yang besar. Lihat saja kinerjanya selama ini, kinerjanya tidak main-main dan cukup memuaskan. 

“Gak heran sih, “ ceplos Jodi. Membuat Dimas langsung menoleh kearahnya dan mengangkat sebelah alis, seolah bertanya : Maksud?!

“Yaelah, nggak usah sok merendah lo! ”

Melihat itu Jodi kembali bekerja tanpa memberi penjelasan yang pasti, yahh menurutnya temannya yang satu ini sangat-sangat pantas, dan ia tidak terkejut dengan hal itu, hanya orang-orang irilah yang tentunya terkejut dan bertanya-tanya. 

Ketika asik berkutit dengan laptop kerjanya, untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan yang sempat tertunda. Menjadi polisi bukan hanya di beri tanggung jawab mengatur lalu lintas Tapi, menjadi polisi juga di beri tugas yang melibatkan otak dan kemampuan komputernya, seperti yang di lakukan Dimas dan kawan-kawan. 

“WOI DIMAS!!” tiba-tiba seseorang mendobrak pintu hingga terbuka lebar. (Untung aja pintunya kagak rusak njepp.) 

Membuat laki-laki itu berserta teman-temannya terlonjak kaget. Ia mengumpat dalam hati ketika seseorang yang menggebrak pintu datang menghampirinya. 

“Ini nihh ketua sabhara kita tahun ini? “ kata salah satu di antara mereka, tepat berada di depan meja kerja Dimas dan kebetulan mereka datangnya bertiga. 

“Siap, iya Bang” jawab Dimas tegas. Yapss betul sekali mereka adalah senior Dimas. 

“Selamat yahh lo kepilih tahun ini, Gak nyangka Pak anton milihnya junior di bawah” Kata salah satunya lagi. 

“Iri aja lo babi” timpal seniornya. 

Bang Tigar selaku senior Dimas menepuk pundaknya. “Keren sihh Lo kepilih. gak sia-sia gue ngedidik lo,” ucap Bang Tigar bangga. senior paling hits seperti kata anak gen z sekarang. 

“ Terima kasih Bang,” jawab Dimas di barengi dengan senyuman tipis tapi manis.

“Gak niat apa lo teraktir kita-kita, secara lo kan bakalan jadi ketua nihh” ucap digo, seniornya. 

Sudah menjadi kebiasaan melekat dan tidak akan pernah hilang jika juniornya berada satu tingkat di atas senior, rutinitas wajib. 

Mumpung sekarang mendekati jam istirahat kantor, sekalian Dimas harus mentraktir ketiga senior rakusnya tersebut. 

“Siap Bang” Jawab Dimas, membuat ketiga seniornya sumringah senang. Dimas berjalan keluar bersama ketiga seniornya menuju kantin kantor. 

Jodi yang sejak tadi memperhatikan merasa lega, cowok itu kira ketiga seniornya itu akan membuat gaduh. Pria itu kembali kerja tanpa peduli dengan bisikan-bisikan aneh, siapa lagi kalau bukan teman kerja satu ruangannya, terdengar sejak kepergian Dimas dan ketiga seniornya. Ia harus cepat menyelesaikan pekerjaannya yang tinggal sedikit agar bisa memenuhi kebutuhan janinnya yang sejak tadi meronta-ronta minta nafkah. 



Entahlah sepanjang lorong tatapan-tatapan aneh terus menatapnya dengan tajam. Laki-laki tersebut menghiraukannya, mungkin ini hanya perasaannya saja Dimas berjalan gagah bersama ketiga seniornya tanpa mempedulikan apapun. Setibanya di kantin kantor ketiga seniornya memesan beberapa makanan enak, tak menyia-nyiakan kesempatan, kapan lagi coba di teraktir gak baik nolak rezeki, mereka menepati tempat duduk yang pas dan nyaman. 

Lihat selengkapnya