You Are Mine

OkaSalsa
Chapter #6

Flashback Dito (Bara)

🤍Hello everyone, I'm back again, how is everyone doing? You must all be well, right? I want to tell this story, even though it's not that interesting though....🤍💔❤️‍🩹🌹

Happy Reading.


.


.


.


.


.


Siang itu, cahaya matahari menembus celah-celah seng berkarat di atap gudang, memantulkan panas yang menusuk kulit. Bau besi berkarat bercampur amis darah masih menusuk hidung. Bara usia dua puluh satu tahun berdiri kaku di depan pintu besi yang berat, mendengar deritanya bergema di ruangan pengap itu.


Di dalam, ia melihat seorang anak kecil, hanya enam tahun. Rambut kusut, wajah penuh air mata, tubuh mungil yang gemetar di sudut ruangan. Ara.

Bara memandanginya lama. Hatinya bergejolak. Ia tahu rencana kelompoknya: anak itu akan dijadikan korban. Organnya akan diambil. Namun entah kenapa, saat menatap mata penuh ketakutan itu, nuraninya memberontak.

Ara terisak pelan.

“K-kenapa Kakak lihat Ara kayak gitu... Ara takut...”

Bara berjongkok, menatapnya lebih dekat. Suaranya kasar tapi ada ketulusan yang lolos di sela nada dinginnya.

“Dengar, bocil... kalau kamu mau tetap hidup, kamu harus keluar dari sini. Aku bisa bantu kamu pergi dari sini?.”

Ara menggeleng cepat, tangisnya makin keras.

“T-tapi... Ara takut... kalau ketahuan... nanti Ara dimarahin... Ara takut, Kak...”

Bara mendesah berat. “Mau tiada konyol di meja operasi mereka, hah? Atau coba lari dan mungkin bisa ketemu orangtuamu lagi? Pilih, bocil!”

Tangan mungil itu akhirnya meraih ujung celana jeansnya, menahan erat.

“K-kakak... jangan pergi... Ara mau pulang... Ara rindu Ayah... rindu Bunda... tapi Ara takut sendirian... tolongin Ara...”

Ada sesuatu yang menusuk hati Bara. Ia menggertakkan gigi, lalu berbisik tegas.

“Kalau begitu, ikuti aku. Tapi jangan bersuara. Kalau ada langkah selain langkahku, berhenti. Ngerti?”

“Ng... ngerti, Kak...”

Mereka bergerak menuju jendela tua berkarat. Setiap langkah terasa seperti perjalanan ratusan meter.

Saat sampai, Bara menunjuk ke atas.

“Naik. Aku angkat kamu keluar. Dari sana kamu lari. Jangan nengok ke belakang.”

Ara menatap jendela itu dengan wajah pucat. Di luar, tanah terlihat jauh di bawah.

“Kak... Ara takut... itu tinggi... Ara takut jatuh...”

Lihat selengkapnya