You Are Mine

OkaSalsa
Chapter #31

Cara Menggugurkan Janin

🤍Hello everyone, I'm back again, how is everyone doing? You must all be well, right? I want to tell this story, even though it's not that interesting though.... 🤍💔❤️‍🩹🌹


Happy Reading.


.


.


.


.


.


Beberapa hari terakhir, kondisi Ariana semakin aneh. Hampir setiap pagi ia tersiksa dengan mual yang tak kunjung reda. Kadang ia muntah hingga tubuhnya lemas, kadang hanya rasa pahit yang menempel di lidahnya sepanjang hari. Selain itu, nafsu makannya jadi aneh ingin buah-buahan segar, makanan pedas, atau sesuatu yang asam.

Maya yang setia menemaninya makin khawatir. Setiap kali melihat Ariana memegangi perut sambil menahan mual, hati Maya terasa perih. Ia mulai menyusun rencana sendiri.

Mungkin Na harus diperiksa… atau setidaknya coba tes sederhana dulu, pikir Maya. Kalau benar dia hamil, aku harus tahu. Kalau nggak… ya setidaknya aku bisa tenang.


Malam itu, ketika Ariana tertidur, Maya duduk di kursi dengan pikiran gelisah. Ia membayangkan sebuah testpack tes kehamilan di tangannya, tapi bayangan itu langsung terganti oleh kecemasan lain.

Kalau aku kasih testpack itu langsung ke Na, dia bisa salah paham. Dia bisa mikir aku nuduh dia cewek nggak benar. Aku nggak mau Na sakit hati. Gimana caranya aku bujuk dia tanpa bikin dia tersinggung?.


Maya menggigit bibir, matanya menatap Ariana yang tidur gelisah. Dalam hati ia berjanji: cepat atau lambat, ia akan menemukan cara untuk membujuk Ariana melakukan tes itu.

Di ruang kerja lantai tiga, Dito menatap layar laptopnya. Jari-jarinya mengetik cepat, membuka beberapa tab internet. Semua isinya seputar satu topik: “cara menggugurkan kandungan awal,” “obat penggugur,” hingga “risiko aborsi diam-diam.”

Wajah Dito tetap dingin, meski isi kepalanya penuh amarah bercampur benci. Gue nggak akan biarin anak itu lahir. Punya anak dari Ariana… bukan anak gue. Harus ada cara buat ngilangin dia sebelum semuanya terlambat.

Namun ia sadar, kalau terlalu gegabah, kecurigaan bisa muncul. Maka ia meraih ponselnya, membuka kontak Galvin, dan mengetik pesan basa-basi.

> Dito: Vin, gue baru dapet kabar soal hasilnya. Jadi bener ya… Ariana hamil.

Gue udah mikir, mungkin ini kesempatan buat gue berubah. Gue mau nyoba jadi lebih baik.

Menurut lo, apa aja sih yang boleh dan nggak boleh buat ibu hamil?.

Di sisi lain, Galvin sedang berada di rumah sakit ketika notifikasi ponselnya berbunyi. Ia membaca pesan itu berulang-ulang, hampir tak percaya.

Dito… mau terima bayi itu?. pikirnya dengan lega. Syukurlah… akhirnya dia sadar juga. Gue kira dia bakal terus keras kepala.

Awalnya ia ragu. Ingatannya masih jelas: Dito pernah bersumpah tak akan pernah sudi punya anak dari Ariana. Tapi kata-kata di WhatsApp itu terasa berbeda lebih tenang, lebih dewasa.

Setelah berpikir sejenak, Galvin membalas.

> Galvin: Gue seneng banget lo ngomong gitu, Dit. Gue sempet khawatir lo nolak.

Gue kasih tau ya, buat bumil itu harus banyak istirahat, jangan kecapekan, jangan terlalu banyak kepikiran, jangan stres, nggak boleh makan sembarangan hindarin makanan mentah, terlalu pedas, atau minuman keras, jangan makan nanas juga durian.

Banyakin buah, sayur, susu, sama makanan bergizi, sama vitamin perkuat kandungan, bikin ibu juga janin bahagia, yoga atau senam hamil, ajak jalan-jalan, dan dengerin musik.

Pesan itu panjang, penuh nasihat medis.

Dito membaca setiap kalimat dengan ekspresi datar. Di kepalanya hanya ada satu pikiran: Bagus, makin banyak yang gue tau, makin gampang buat gue mikirin cara kebalikannya.

Ia mengetik balasan singkat.

> Dito: Oke, Vin. Makasih banyak.

Lo bener… pikiran orang bisa berubah seiring waktu. Gue juga sekarang ngerasa gitu.


Lihat selengkapnya